JATIMTIMES - Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan peran strategisnya sebagai katalisator perubahan pendidikan tinggi dengan menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional Forum Wakil Rektor Bidang Akademik PTN 2025 dan UB Halal Matrix Award 2025, Senin, (21/4/2025) di Gedung Filkom UB. Acara ini tak hanya menjadi ajang koordinasi kebijakan, tetapi juga momentum merancang terobosan kurikulum otonom hingga sistem akreditasi berbasis inovasi, diikuti 62 pimpinan PTN se-Indonesia.
Dalam gelaran yang dihadiri 56 PTN secara luring dan 6 PTN daring, dua agenda krusial diusung. Yakni memperkuat sinergi kampus dengan Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikbud Ristek) dalam reformasi sistem akademik, serta mengapresiasi inisiatif halal berkelanjutan melalui penghargaan perdana Halal Matrix Award.

Dr. Berry Juliandi, Plt. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbud Ristek, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar rapat, tapi ruang kolaborasi untuk mendengar langsung suara kampus dalam menyempurnakan regulasi pendidikan tinggi.
Baca Juga : Maju di Lomdeskel 2025 tingkat Provinsi Jatim, Ini Alasan Kelurahan Bunulrejo Menang
"Kemendikti Saintek membuka ruang seluas-luasnya bagi para stakeholder, para pimpinan dalam hal ini Wakil Rektor akademik untuk ikut menyumbang saran. Jadi rapat kerja ini luar biasa, mendengar langsung dari perguruan tinggi," katanya.
Fokus utama diskusi mengerucut pada revisi Permen Ristekdikti No. 53/2023 tentang penjaminan mutu dan sistem akademik. Dr. Berry menekankan, kurikulum masa depan harus memberi keleluasaan luas bagi kampus untuk merancang program studi sesuai kebutuhan lokal, dan bagi mahasiswa mendesain jalur studi yang selaras dengan passion serta tantangan masyarakat.
“Kami ingin pendidikan tinggi bukan menara gading. Mahasiswa harus berkontribusi langsung ke masyarakat sejak di bangku kuliah, bukan menunggu lulus,” tegasnya.

Di sisi lain, reformasi sistem akreditasi menjadi angin segar bagi dosen. Melalui revisi permen tersebut, beban administratif akan dipangkas agar dosen fokus pada inovasi pembelajaran, riset, dan pengabdian.
“Dosen harusnya tak terjebak urusan dokumen. Kami dorong akreditasi berbasis kualitas nyata, bukan sekadar kertas,” tambah Dr. Berry.
Prof. Imam Santoso, Wakil Rektor I UB, menjelaskan, sebagai tuan rumah, UB tak hanya memfasilitasi diskusi, tetapi juga aktif mendorong solusi konkret. Prof. Imam mencontohkan, otonomi kurikulum harus diimbangi dengan sistem monitoring yang adaptif, sementara inovasi halal perlu diperkuat riset terapan.
Baca Juga : Jadi Tuan Rumah Hadapi Putaran Nasional, Persikoba Luncurkan Jersey Liga 4
“Kami ingin setiap kebijakan lahir dari dialog, bukan instruksi,” katanya.
Rapat kerja ini menjadi titik awal transformasi sistemik pendidikan tinggi Indonesia. Dengan kurikulum yang lebih luwes, akreditasi berbasis esensi, dan ekosistem halal yang terintegrasi, PTN diharap tak hanya mencetak lulusan kompeten, tetapi juga menjadi motor penggerak kemajuan bangsa.
“Revolusi akademik dimulai dari ruang diskusi seperti ini di mana kebijakan dibangun dari bawah, bukan dari menara gading birokrasi,” tuturnya.
Sementara itu, terkait UB Halal Matrix Award 2025 yang diinisiasi UB menjadi gebrakan baru dalam ekosistem halal Indonesia. Pihaknya memaparkan, penghargaan ini mengapresiasi tiga kategori: perguruan tinggi, pemerintah provinsi, dan industri yang unggul dalam lima dimensi: kebijakan, pendidikan, riset, infrastruktur, dan ekosistem halal.
“Ini komitmen kami membangun ekosistem halal yang holistik, dari kampus hingga industri,” pungkasnya.