free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Ingin Mulai Bisnis Syariah? Begini Cara Cari Modal dan Jaga Cuan ala Pakar

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Ilustrasi bisnis syariah. (Foto: laman info muslim)

JATIMTIMES - Memulai bisnis syariah bukan sekadar ikut-ikutan tren. Di balik peluang besar yang ditawarkan, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan agar usaha bisa bertahan lama dan menghasilkan cuan yang halal. Dari edukasi, strategi cari modal, hingga cara menjaga pasar, semuanya harus diperhitungkan dengan matang. 

Founder Finante.id, Rista Zwestika, menyampaikan bahwa bisnis berbasis syariah umumnya memiliki prospek yang menjanjikan, terutama jika berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar manusia. 

Baca Juga : 7 Manfaat Resep Wedang Jahe dan Madu untuk Relaksasi Tubuh dan Pikiran

“Kebutuhan dasar seperti makanan halal hingga properti menjadi sektor yang punya potensi besar untuk dikembangkan,” jelas Rista, dikutip CNNIndonesia, Minggu (20/4/2025). 

Namun, Rista menegaskan bahwa proses dalam menjalankan bisnis syariah tidak boleh lepas dari prinsip-prinsip Islam. Ini berarti harus terbebas dari riba, gharar (ketidakjelasan), dan maysir (spekulasi). Dengan kata lain, pelaku usaha wajib memahami dan mematuhi kaidah syariah secara utuh dalam setiap proses bisnisnya. 

Lima Langkah Awal Sebelum Terjun ke Bisnis Syariah
Sebelum benar-benar menjalankan bisnis syariah, ada lima langkah penting yang disarankan Rista untuk dilakukan. Kelima langkah ini bisa menjadi pondasi kokoh dalam membangun bisnis yang tidak hanya cuan, tapi juga berkah. 

1. Lakukan Riset Pasar
Ini penting agar pelaku usaha tahu tren apa yang sedang berkembang dan kebutuhan apa yang banyak dicari masyarakat. 

2. Analisis SWOT
Menurut melakukan analisis SWOT atau Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats adalah langkah penting. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal bisnis serta peluang dan tantangan eksternal yang mungkin dihadapi. 

3. Pelajari Usaha Pelaku Lain
Mempelajari pelaku usaha lain yang sudah lebih dulu terjun di sektor bisnis serupa. “Ketiga, Rista berpesan agar jangan sampai lupa menempuh studi atas pemilik bisnis serupa,” ungkapnya. 

4. Pastikan Sesuai Prinsip Syariah
Langkah keempat menurut Rista sangat krusial, yaitu memastikan seluruh kegiatan bisnis sudah sesuai dengan prinsip syariah. “Keempat, kepatuhan syariah. Pastikan seluruh aspek bisnis sesuai prinsip Islam,” katanya. 

5. Model Monetisasi
Terakhir, pikirkan model monetisasi alias cara menghasilkan keuntungan secara berkelanjutan. “Kelima, model monetisasi. Bagaimana cara bisnis menghasilkan keuntungan secara berkelanjutan?" ucapnya. 

Contoh Bisnis Syariah dan Estimasi Modalnya
Ada banyak sektor yang bisa dijadikan pilihan jika ingin memulai bisnis syariah. Di antaranya adalah jual beli atau penyewaan properti yang terbebas dari unsur riba, sektor keuangan syariah seperti koperasi halal dan manajemen investasi syariah, hingga produk halal seperti makanan, kosmetik, dan fashion. 

Selain itu, ada pula peluang di sektor pendidikan Islam, kursus daring, hingga pelatihan keuangan syariah. Sektor pariwisata juga menjanjikan, seperti travel umrah dan wisata halal yang kini semakin digemari masyarakat. 

Terkait modal, Rista menyebutkan bahwa nominalnya bisa disesuaikan dengan skala bisnis yang dipilih. Skala kecil bisa dimulai di bawah Rp50 juta, skala menengah bisa membutuhkan Rp300 juta, dan skala besar bisa mencapai lebih dari Rp300 juta. 

Lalu, bagaimana jika modalnya terbatas?
"Strategi memulai (bisnis syariah) dengan modal kecil, bisa dimulai dari model agen/reseller sebelum produksi sendiri; gunakan sistem pre-order untuk mengurangi modal awal; manfaatkan pemasaran digital untuk mengurangi biaya operasional; gunakan kerja sama bagi hasil dengan mitra daripada sistem gaji tetap," jelas Rista. 

Mencari Modal Tanpa Riba
Dalam bisnis syariah, mencari modal juga harus dilakukan secara halal. Rista menjelaskan, ada beberapa cara mendapatkan modal tanpa terjerat riba. Misalnya dengan memanfaatkan konsep bootstrapping, crowdfunding syariah, hingga mencari investor yang juga berpegang pada prinsip syariah. 

Jika ingin mengandalkan pinjaman, maka pilihannya adalah lembaga keuangan syariah seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT), atau menggunakan akad seperti mudharabah dan murabahah di bank syariah. Ada pula pilihan mengakses dana hibah atau inkubator bisnis dari pemerintah atau lembaga yang mendukung startup berbasis syariah. 

"Alternatif pendanaan: mengajukan pinjaman berbasis akad mudharabah atau murabahah ke bank syariah; (mencari modal ke) lembaga keuangan syariah, seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT); atau dana hibah dan inkubator bisnis dari program pemerintah atau lembaga yang mendukung startup berbasis syariah," jelasnya. 

Rista menambahkan bahwa kecepatan balik modal (break even point) sangat tergantung pada model bisnis dan edukasi pasar yang dijalankan. 

Baca Juga : Sejarah Hari Kartini yang Diperingati Setiap 21 April

"Jika model bisnisnya kuat dan memiliki kebutuhan pasar tinggi, break even bisa lebih cepat. Kalau butuh edukasi pasar lebih lama, misalnya produk halal baru mungkin 2 tahun-3 tahun untuk benar-benar stabil dan cuan besar," tambahnya. 

Menjaga Pasar dan Loyalitas Pelanggan
Memulai bisnis syariah memang penting, tapi mempertahankan dan mengembangkannya jauh lebih krusial. Rista menyebutkan bahwa ada tiga fase dalam menjalankan bisnis agar tetap stabil. 

Pertama adalah fase awal selama 3-6 bulan pertama, yang fokus pada uji pasar dan validasi produk. Kedua adalah fase menjaga loyalitas pelanggan dan penguatan merek di bulan ke-6 hingga ke-12. Terakhir adalah fase ekspansi dan mencapai stabilitas keuntungan pada usia bisnis satu hingga dua tahun. 

Di sisi lain, Head of Advisory & Financial Planner Finansialku, Shierly, juga mengingatkan pentingnya memahami target pasar. Ia membagi karakter konsumen menjadi tiga kategori. 

"Target pasar menengah ke bawah biasanya akan lebih sensitif terhadap harga (dan) kuantitas produk. Cenderung tidak loyal terhadap merek dan membeli dalam jumlah kecil tapi sering," ungkapnya. 

Sementara itu, kelompok menengah cenderung mencari keseimbangan antara kualitas dan harga. Mereka juga loyal terhadap merek, namun masih memperhitungkan promo atau diskon. 

“Sedangkan target menengah ke atas bakal lebih sensitif dengan kualitas produk dan jasa ketimbang harga,” jelas Shierly. Oleh karena itu, kelompok ini lebih menyukai produk dengan eksklusivitas, kenyamanan, dan pengalaman terbaik. 

Di tengah penurunan daya beli masyarakat saat ini, Shierly mengingatkan agar pebisnis lebih selektif dalam memilih jenis usaha. Kebutuhan tersier dan gaya hidup sebaiknya bukan prioritas. 

"Sebaiknya segmented karena semakin mengenal karakteristik, kebutuhan, dan preferensi segmen tersebut maka kita akan membuat produk serta layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka," tutupnya. 

Investasi Syariah Modal Mini, Cuan Maksimal
Selain menjalankan bisnis, investasi syariah juga bisa menjadi opsi cuan halal dengan modal kecil. Di Indonesia, ada berbagai pilihan instrumen yang tak hanya diawasi OJK dan Bappebti, tapi juga disupervisi langsung oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). 

Beberapa instrumen investasi syariah yang bisa dipertimbangkan antara lain:
• Deposito Syariah: Menggunakan akad mudharabah, di mana nasabah dan bank berbagi keuntungan sesuai kesepakatan.
• Saham Syariah: Saham yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES), bebas dari aktivitas usaha yang haram dan riba.
• Sukuk: Obligasi syariah yang berbasis kepemilikan aset dan tidak menggunakan sistem bunga.
• Reksa Dana Syariah: Dikelola oleh manajer investasi dan menghindari sektor haram. Memiliki fitur cleansing, yakni pembersihan pendapatan non-syariah untuk tujuan amal.
• Investasi Emas: Merupakan bentuk investasi yang sudah dikenal sejak zaman Rasulullah SAW. Bisa dilakukan secara cicilan dengan akad salam dan rahn. 

Demikian kiat-kiat memulai bisnis syariah, lengkap dengan cara mencari modal hingga menjaga cuan tetap pada jalur halal. Dengan pemahaman yang benar, modal kecil bisa menjadi awal dari kesuksesan besar. Baik sebagai pelaku bisnis syariah maupun investor, yang terpenting adalah komitmen untuk tetap pada jalur halal dan berkah. Semoga informasi ini membantu ya!