free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Strategi Investasi Aman dan Cuan di Tengah Perang Dagang Trump

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Nurlayla Ratri

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Potret mata uang dolar dan rupiah. (Foto: Belasting.id)

JATIMTIMES - Ketegangan ekonomi global kembali meningkat, kali ini dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memicu perang dagang dengan sejumlah negara, termasuk Indonesia. Di tengah situasi yang tak menentu ini, masyarakat dituntut lebih cermat mengelola keuangan agar tetap aman dan berpeluang cuan. Salah satu caranya adalah dengan berinvestasi secara bijak. 

Kondisi Ekonomi Global Kian Tidak Pasti
Sejak Trump menaikkan tarif impor barang dari berbagai negara, termasuk Indonesia, tekanan terhadap ekonomi nasional semakin nyata. Terbaru, pada awal April 2025, AS memberlakukan tarif hingga 32 persen terhadap produk asal Indonesia. Meskipun kemudian diturunkan menjadi 10 persen, dampaknya sudah terasa luas. 

Nilai tukar rupiah melemah drastis hingga menyentuh Rp16.750 per dolar AS, angka yang hampir menyamai masa krisis moneter 1998. Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut terkoreksi hingga 9 persen dalam satu hari pada 8 April 2025, memicu auto reject dan menghentikan perdagangan sementara. 

Pilih Instrumen Investasi yang Aman
Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andi Nugroho, mengingatkan agar masyarakat mulai melirik investasi yang berisiko rendah hingga menengah. 

"Di tengah ketidakpastian seperti ini, pilihan investasi terbaik adalah yang stabil dan minim risiko. Contohnya, surat utang negara seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia) atau sukuk ritel, dan reksa dana berbasis pasar uang maupun pendapatan tetap," kata Andi, dikutip CNNIndonesia, Minggu (13/4/2025). 

Andi juga menyarankan masyarakat mempertimbangkan logam mulia seperti emas batangan atau perak sebagai aset pelindung nilai. Investasi ini dinilai lebih aman saat situasi ekonomi global bergejolak. 

Gunakan "Uang Dingin" untuk Investasi
Selain memilih instrumen investasi yang aman, Andi menekankan pentingnya hanya menggunakan "uang dingin" atau dana sisa dari kebutuhan harian. Ia mengingatkan agar masyarakat tidak nekat menginvestasikan dana yang dipakai untuk biaya hidup sehari-hari. 

"Kalau kita pakai dana kebutuhan pokok untuk investasi, lalu ternyata investasinya turun atau rugi, itu bisa memukul keuangan keluarga. Maka idealnya alokasikan sekitar 10 persen dari penghasilan bulanan untuk investasi," jelasnya. 

Atur Ulang Gaya Hidup, Prioritaskan Kebutuhan Pokok
Di tengah kondisi ekonomi yang menekan, mengatur ulang gaya hidup juga menjadi hal yang krusial. Andi menyarankan masyarakat membuat skala prioritas dalam pengeluaran. Bila perlu, tekan belanja non-esensial dan lebih fokus pada kebutuhan primer. 

“Kalau tabungan sudah menipis atau bahkan minus, itu sinyal untuk segera mengurangi pengeluaran yang tidak penting, seperti nongkrong, beli barang konsumtif, atau langganan digital yang tidak terlalu dipakai,” imbuhnya. 

Bijak Berinvestasi, Jangan Asal Ikut Tren
Saran serupa datang dari Agustina Fitria, perencana keuangan dari One Shild Consulting. Menurutnya, masyarakat sebaiknya hanya menempatkan uang di instrumen investasi yang benar-benar dipahami. 

“Jangan ikut-ikutan teman atau tren. Kalau nggak paham risikonya, lebih baik jangan. Investasi itu bukan hanya soal cuan, tapi soal keberlanjutan dan keamanan,” ujarnya. 

Agustina juga menegaskan pentingnya disiplin dalam menyusun kembali anggaran rumah tangga. Ia menyarankan agar masyarakat lebih fokus pada kebutuhan dasar dan produktif, seperti makanan, kesehatan, dan pendidikan, serta menjauhi gaya hidup konsumtif. 

Contoh Strategi ala Warren Buffett: Simpanan Tunai adalah Senjata
Menariknya, dalam situasi penuh tekanan seperti ini, strategi investor legendaris Warren Buffett kembali menjadi sorotan. Saat banyak pasar saham di dunia rontok hingga 20 persen sejak awal tahun, Buffett justru mampu mencetak kenaikan kekayaan. 

Kuncinya sederhana yakni menyimpan tunai dalam jumlah besar. Ia tidak terburu-buru membeli saham saat pasar gonjang-ganjing, namun menunggu momen yang tepat untuk masuk. 

CEO FINETIKS, Cameron Goh, mengatakan bahwa strategi "cash is strategy" yang dilakukan Buffett menjadi pelajaran penting. Dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti, menabung bukan berarti takut, tapi justru menjadi bentuk kesiapan menghadapi peluang. 

"Likuiditas yang cukup memberi kita keleluasaan bertindak saat pasar terkoreksi. Justru saat semua panik menjual, itulah saat terbaik untuk membeli," kata Cameron dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu (13/4/2025). 

Bangun Dana Darurat dan Simpanan Pintar
Cameron menambahkan, masyarakat harus mulai membangun dana darurat sebagai fondasi keuangan. Pengeluaran harus disesuaikan dengan kebutuhan utama, dan pembelian barang sekunder atau mewah ditunda dulu. 

Ia juga menyarankan masyarakat menempatkan dana simpanan di produk yang fleksibel dan menguntungkan, seperti "VIP Save" dari FINETIKS yang bekerja sama dengan Bank Victoria, yang menawarkan bunga kompetitif hingga 6,25 persen per tahun. 

"Produk ini bisa diakses melalui aplikasi digital dan memberi fleksibilitas tinggi, cocok untuk kondisi sekarang," jelasnya. 

Emas: Instrumen Investasi Favorit Saat Krisis
Salah satu pilihan investasi yang banyak direkomendasikan di tengah krisis adalah emas. Logam mulia ini telah lama dikenal sebagai safe haven, karena nilainya relatif stabil bahkan saat ekonomi global gonjang-ganjing. 

Mengutip situs Investopedia, emas memiliki sejumlah keunggulan:
• Stabilitas Nilai – Harga emas cenderung naik saat inflasi atau gejolak ekonomi meningkat.
• Likuiditas Tinggi – Mudah dijual kapan saja.
• Lindung dari Inflasi – Dalam jangka panjang, emas mampu mempertahankan daya beli.
• Bersifat Universal – Diakui dan dihargai di seluruh dunia. 

Jenis-Jenis Investasi Emas dan Tipsnya
Bagi pemula, investasi emas bisa dilakukan dalam beberapa bentuk:
• Emas Batangan: Bentuk paling umum dengan kadar kemurnian tinggi.
• Perhiasan: Cocok untuk penggunaan sehari-hari, tapi biasanya memiliki biaya pembuatan dan potongan nilai jual.
• Tabungan Emas Digital: Bisa dilakukan lewat Pegadaian, bank syariah, atau aplikasi investasi.
• Kontrak Emas Berjangka: Cocok untuk investor berpengalaman karena risikonya lebih tinggi. 

Tips sebelum memulai investasi emas:
• Tentukan tujuan investasi, seperti untuk pensiun atau dana pendidikan.
• Pilih jenis emas yang sesuai, misalnya emas batangan atau tabungan emas digital.
• Beli dari lembaga tepercaya, seperti Antam, Pegadaian, atau bank resmi.
• Pantau harga secara berkala dan beli saat harga sedang turun.
• Simpan emas fisik dengan aman atau gunakan jasa penitipan profesional.
• Mulai secara bertahap, jangan langsung dalam jumlah besar.
• Perhatikan biaya tambahan, terutama dalam layanan digital.
• Hindari utang untuk berinvestasi, karena emas tidak selalu naik dalam jangka pendek. 

Demikian tips investasi secara bijak di tengah krisis ekonomi yang tidak pasti. Investasi di tengah krisis bukan hanya soal mencari cuan, tapi juga menjaga kestabilan keuangan jangka panjang. Menyusun strategi cerdas, memilih instrumen tepat, dan membangun kebiasaan finansial yang sehat akan menjadi kunci bertahan dan bahkan tumbuh dalam kondisi tersulit sekalipun. 

Seperti kata Warren Buffett, "Be fearful when others are greedy, and be greedy when others are fearful." Mungkin sekarang saatnya mulai berinvestasi, bukan karena takut, tapi karena ingin lebih siap menghadapi masa depan. Semoga informasi ini bermanfaat.