JATIMTIMES - Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat, pada bulan Maret 2025, Jatim mengalami inflasi. Secara bulanan (m-to-m) sebesar 1,44 persen, secara tahun kalender (y-to-d) sebesar 0,30 persen, dan secara tahun tahunan (y-on-y) sebesar 0,77 persen.
Secara m-to-m, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jatim juga mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Sumenep yang mencapai 1,91 persen. Ini sejalan dengan kondisi seluruh provinsi di Indonesia mengalami inflasi bulanan.
Baca Juga : Halal Bihalal Pemdes Tambakrejo, Plt Kades Sampaikan Pesan Persatuan
Kepala BPS Jatim Zulkipli menjelaskan, tingkat inflasi di Jatim dipengaruhi momen Ramadan dan Idul Fitri 1446 H. Pemerintah telah menetapkan mulainya bulan Ramadan 1446 H yang jatuh pada tanggal 1 Maret 2025, serta Hari Raya Idul Fitri yang ditetapkan pada tanggal 31 Maret 2025.
"Momen ini sangat mempengaruhi konsumsi masyarakat terhadap beberapa komoditas, khususnya pada produk makanan dan minuman," ungkap Zulkipli, Selasa (8/4/2025).
Selain itu, berakhirnya diskon tarif listrik juga memberikan andil signifikan terhadap inflasi Jatim Maret 2025. "Per 1 Maret 2025, pelanggan prabayar sudah tidak lagi mendapatkan potongan tarif 50 persen, sehingga pembelian token listrik PLN sudah menggunakan tarif normal," imbuhnya.
Tak ayal, penyumbang utama inflasi bulan ke bulan (m-to-m) pada Maret 2025 yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil sebesar 0,90 persen serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,47 persen terhadap inflasi umum.
Tarif listrik mengalami inflasi 42,82 persen, dengan andil 0,89 persen terhadap inflasi umum. "Pada bulan Maret 2025, tarif listrik menjadi komoditas utama pemicu inflasi bulan ke bulan (m-to-m) Provinsi Jawa Timur," jelas Zulkipli.
Selain tarif listrik, sejumlah komoditas lain juga menjadi penyumbang inflasi di antaranya cabai rawit, bawang merah, emas perhiasan, beras, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Zulkipli menyoroti inflasi yang terjadi pada komoditas pangan, khususnya beras yang mengalami kenaikan harga di semua kabupaten/kota.
Pada Maret 2025, beras mengalami inflasi m-to-m sebesar 1,18 persen, dengan andil 0,05 persen terhadap inflasi umum.Rata-rata harga beras pada bulan Maret 2025 sekitar Rp 14.152 per kg, sedikit mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya.
Baca Juga : Bale Santai Honda Jadi Tempat Favorit Saat Mudik Lebaran, 4.630 Pemudik Manfaatkan Layanan Nyaman Ini
"Dari sini tentu kita bisa patut untuk nantinya mempelajari kembali bahwa pada saat puncak panen raya yang terjadi di bulan Maret, juga terjadi kenaikan harga beras, walaupun kenaikan harga berasnya tidak signifikan, jadi hanya kecil sekali," urainya.
Di sisi lain, kelompok transportasi justru mengalami deflasi di tengah momentum arus mudik Lebaran. Secara m-to-m, komoditas angkutan udara mengalami deflasi 6,61 persen, dan memberikan andil negatif 0,09 persen terhadap inflasi umum.
"Khusus untuk kelompok transportasi memang jarang sekali di musim kita Lebaran itu terjadi penurunan harga. Ini adalah sesuatu yang baru yang patut diberikan apresiasi karena selama ini tiket pesawat pasti akan menjadi masalah setiap bulan yang mendekati dengan waktu Idul Fitri," urainya.