free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Pemerintahan

Kota Blitar Menuju Masa Depan: Ribuan Pekerja Rentan Kini Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin menyerahkan kartu BPJS Ketenagakerjaan secara simbolis kepada perwakilan pekerja rentan saat upacara Hari Jadi ke-119 Kota Blitar, Selasa (8/4/2025). Program ini menjadi langkah konkret pemerintah dalam melindungi pekerja sektor informal. (Foto: BPJS Ketenagakerjaan)

JATIMTIMES - Pagi itu, halaman Kantor Wali Kota Blitar berubah menjadi ruang kontemplasi yang penuh semangat. Selasa, 8 April 2025, peringatan Hari Jadi ke-119 Kota Blitar tidak sekadar menjadi seremoni tahunan. Di balik barisan upacara yang rapi dan pidato-pidato yang menggugah, ada langkah konkret yang menandai arah baru kota ini: perlindungan sosial bagi pekerja rentan.

Dengan mengusung tema “Kota Blitar Baru, Kota Blitar Maju, Menuju Kota Masa Depan”, upacara tersebut dipimpin langsung oleh Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin. Didampingi oleh Wakil Wali Kota Elim Tyu Samba, Sekretaris Daerah, dan jajaran Forkopimda, kehadiran para tamu undangan mempertegas atmosfer perayaan yang tidak hanya simbolik, tetapi juga substansial.

Baca Juga : Halal Bihalal Keluarga Besar Unisma: Refleksi Kemenangan dan Semangat Bersama Menuju WCU

Momen paling menyentuh datang ketika secara simbolis diserahkan kartu manfaat BPJS Ketenagakerjaan kepada perwakilan pekerja rentan. Bukan basa-basi birokratis, melainkan bentuk konkret dari keberpihakan pemerintah terhadap mereka yang selama ini kerap terabaikan—marbot masjid, tukang becak, ojek online, pengangkut sampah, hingga bendahara RT/RW.

Setidaknya 2.000 orang kini resmi menjadi peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan. Mereka berhak atas perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM), yang tak hanya menjamin keselamatan fisik, tetapi juga masa depan keluarga mereka.

Kepala BPJS Ketenagakerjaan Blitar, Eris Aprianto, menyebut langkah ini sebagai tonggak penting dalam mewujudkan pembangunan kota yang inklusif. Ia menyampaikan apresiasinya atas komitmen yang kuat dari jajaran Pemerintah Kota Blitar. Menurutnya, inisiatif ini lahir dari kolaborasi yang erat dan niat tulus untuk membangun kota yang peduli terhadap warganya, tak peduli status pekerjaan mereka.

Eris menambahkan bahwa perlindungan ini bukan sekadar proyek jangka pendek. Meski saat ini dirancang berlaku dari April hingga Desember 2025, ia berharap program tersebut menjadi kebijakan berkelanjutan yang melekat dalam sistem pemerintahan. “Kita tidak hanya bicara soal santunan kematian 42 juta rupiah atau beasiswa pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi. Ini tentang kehadiran negara di ruang-ruang paling sunyi kehidupan warga,” ujarnya.

Manfaat program ini memang tak bisa dipandang remeh. Selain santunan kematian dan beasiswa, para pekerja juga mendapatkan biaya pengobatan secara penuh jika mengalami kecelakaan kerja—sampai sembuh total. Dalam konteks pekerjaan informal yang rawan risiko dan minim jaminan, langkah ini memberikan rasa aman yang sebelumnya mustahil mereka miliki.

Bagi Pemerintah Kota Blitar, inisiatif ini menjadi bagian dari visi besar untuk menjadikan kota lebih maju dan sejahtera. Wali Kota Syauqul Muhibbin menegaskan bahwa perlindungan sosial adalah fondasi penting dalam membangun kota masa depan. Masyarakat, kata dia, tidak bisa dimajukan jika sebagian dari mereka dibiarkan berada dalam ketidakpastian ekonomi dan sosial.

Baca Juga : Menjaga Warisan, Merawat Kota Blitar: Mas Ibin Bersilaturahmi ke Samanhudi Anwar di Hari Fitri

Apa yang dilakukan oleh Pemkot Blitar dalam peringatan hari jadinya kali ini bukan hanya perayaan simbolik. Ia menjadi bukti bahwa gagasan besar bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana—dari keberanian melihat ke bawah dan memastikan bahwa setiap tangan yang bekerja, berapa pun nilai ekonominya, memiliki hak yang sama untuk dilindungi.

Dengan langkah ini, Kota Blitar memperlihatkan wajah baru yang lebih inklusif. Wajah sebuah kota yang tak hanya mengejar kemajuan, tapi juga memperjuangkan keadilan sosial. Kota yang tak sekadar hidup dalam slogan, tapi bekerja dalam kenyataan.