free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Kuliner

Siropen Leo, Sirop Legendaris asli Kota Malang yang Bediri Sejak 1948

Penulis : Hendra Saputra - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Proses produksi Siropen Leo (foto: Hendra Saputra/ JatimTIMES)

JATIMTIMES - Kota Malang dikenal menyimpan banyak sejarah bahkan cerita menarik didalamnya, termasuk kuliner. Namun apakah kalian mengetahui bahwa Kota Malang merupakan salah satu produsen sirop legendaris bernama Siropen Leo. 

Siropen Leo diproduksi di pabrik rumahan yang terletak di Jalan Brigjen Katamso Kecamatan Klojen, Kota Malang. Sirop ini pertama kali diproduksi pada tahun 1948 oleh generasi pertama, bernama Tjan Ing Tjhan.

Baca Juga : Rasanya Autentik dan Pedas, Nasi Empok Wakini Wajib Dicoba 

Kini, sirop legendaris tersebut dikelola oleh generasi keempat, yakni Daniel Hartono. Ia pun tetap mempertahankan resep turun temurun dari kakek buyutnya, yaitu memakai gula pasir tebu tanpa pemanis buatan.

"Dahulu kalau tidak salah, tempat produksi atau pabriknya itu berada di kawasa sekitaran Jalan Zaenal Zakse. Lalu sekitar tahun 1980, pindah ke Jalan Brigjen Katamso sampai sekarang," ujar Daniel. 

Awal mula berdiri, Daniel menjelaskan kakek buyutnya itu memproduksi sirop dengan varian rasa terbatas, yakni rose, leci dan cocopandan. Kemudian, usaha sirop ini terus berkembang.

“Dan kini total sudah ada 11 varian rasa yaitu blewah, lemon squash, coffee mocca, leci putih, leci hijau, rosen, frambozen, aardbeien atau strawberry, cocopandan, melon dan anggur," terangnya.

Resep pembuatan yang masih mempertahankan cara tradisional dan manual menjadi ciri khas Siropen Leo. Lebih dari itu, mulai dari pemasakan, pengisian sirop ke dalam botol hingga menempel label juga masih tradisional. 

Untuk alur pembuatan, yaitu gula dengan air dan bahan-bahan lainnya dicampur dan dimasak jadi satu hingga benar-benar larut. Setelah itu, disaring bersih dan didinginkan.

"Selanjutnya diberi perasa dan warna lalu dimasukkan ke dalam kemasan botol. Dari sekian proses itu, yang paling lama ya proses pendinginannya," ungkapnya.

Bahkan, kuali yang ia gunakan untuk membuat sirup, itu dipertahankan sejak pertama kali ada tahun 1948 sampai sekarang.

Baca Juga : Pemkab Malang Buka Wacana Hibah Rp 2,6 Miliar, Solusi Tunggakan Cetak e-KTP

“Kuali ini sejak awal ada sampai sekarang kita pakai. Kalau awal buat, nunggu lama harus nunggu panas. Kalau prosesnya ya 24 jam lah sampai pengemasan,” katanya.

Berkat eksistensinya, sirop legendaris ini memiliki pangsa pasar sendiri. Untuk di Kota Malang, dipasarkan di toko-toko tertentu.

"Selain dalam kota, kami juga mengirimkannya ke luar kota. Karena beberapa konsumen ada yang tinggal di Semarang, Solo, Bandung bahkan Bali," tuturnya.

Menariknya, saat Ramadhan tiba mereka mampu memproduksi 3.000 botol per harinya. Ini meningkat 300 persen dari hari hari biasanya.

“Meningkatnya 300 persen. Biasanya kan 1.000 botol per hari, sekarang sampai 3.000 botol per hari,” ucapnya.