JATIMTIMES - Gempa kembar mengguncang wilayah Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatra Utara (Sumut), Selasa (18/3). Dua gempa dengan magnitudo 5,5 dan 5,6 terjadi hanya berselang 56 detik, menyebabkan satu orang meninggal dunia, memicu longsor, serta merusak puluhan rumah.
Apa itu Gempa Kembar?
Baca Juga : Kejari Kabupaten Blitar Hadapi Praperadilan Terkait Dugaan Korupsi Proyek Dam Kali Bentak
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa kembar atau double earthquake adalah dua gempa bumi yang terjadi hampir bersamaan dengan magnitudo yang mirip dan lokasi episenter yang berdekatan.
Dalam kejadian ini, gempa pertama berkekuatan 5,5 terjadi pada pukul 05.22 WIB, disusul gempa kedua berkekuatan 5,6 pada pukul 05.23 WIB.
Episenter gempa pertama berada di darat, 19 kilometer tenggara Tapanuli Utara, sedangkan episenter gempa kedua berlokasi 14 kilometer dari titik pertama.
Kedua gempa ini terjadi pada kedalaman yang sama, yakni 10 kilometer, yang membuat getaran sangat terasa di permukaan.
"Kedua gempa bumi ini memiliki selisih waktu kejadian 56 detik dan selisih jarak episenter 9 kilometer," kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, lewat keterangannya, Selasa.
Daftar Korban dan Kerusakan Bangunan
Guncangan gempa paling parah terjadi di Kecamatan Pahae Julu dan Kecamatan Pahae Jae, meskipun pusat gempa berada di Kecamatan Panggaribuan.
Tragisnya, seorang warga bernama Kartini Manalu (68), penduduk Desa Lobu Pining, Kecamatan Pahae Julu, meninggal dunia setelah tertimpa reruntuhan rumahnya.
Kartini tidak sempat menyelamatkan diri saat gempa mengguncang, menjadi satu-satunya korban jiwa yang dilaporkan sejauh ini.
Baca Juga : Spesial Ramadan dan Sambut Idul Fitri! Belanja di Graha Bangunan, Hadiah Langsung Menanti
Selain itu, gempa juga memicu longsor di beberapa titik yang menghambat akses jalan, terutama di wilayah perbukitan.
Warga yang berada di daerah terdampak diminta tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
BMKG: Waspada Gempa Susulan
BMKG mencatat sudah terjadi delapan kali gempa susulan setelah gempa utama. Daryono, mengatakan bahwa gempa ini terjadi akibat aktivitas Sesar Besar Sumatera Segmen Toru dengan mekanisme pergerakan mendatar.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masyarakat juga diminta untuk menghindari bangunan yang mengalami kerusakan struktural serta memastikan kondisi rumah mereka aman sebelum kembali ke dalamnya.