JATIMTIMES - Saat momen Ramadan dan Idulfitri masyarakat kerap dibuat resah dengan masalah gelandangan dan pengemis (Gepeng) di sejumlah daerah. Di Kota Batu, masih ada oknum yang memanfaatkan belas kasihan orang lain. Agar tidak semakin marak, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Batu mengimbau agar masyarakat tidak memberi uang kepada peminta-minta di jalan dan permukiman.
"Salah satu yang bisa dilakukan agar tidak semakin banyak dan tidak terus-menerus ada, masyarakat juga harus sadar untuk tidak memberikan uang," ujar Pekerja Sosial Ahli Muda Dinsos Kota Batu Hartono saat ditemui JatimTIMES, belum lama ini.
Baca Juga : Daftar 21 Stadion Pascarenovasi yang Bakal Diresmikan Presiden Prabowo Subianto
Menurutnya, jika memberi uang kepada Gepeng masih dilakukan tidak akan membuat jera. Sebaliknya aktivitas serupa akan dilakukan terus menerus.
Fenomena yang terjadi, gelandangan dan pengemis menjadi profesi yang disebut bisa mendapatkan hasil instan. Beberapa pelaku di antaranya tidak benar-benar merupakan warga prasejahtera, melainkan hanya memanfaatkan kesempatan dan kedermawanan warga.
"Banyak yang sebenarnya dia mampu, tapi memang sudah lama menjadi pekerjaannya. Selama masih ada yang ngasih, mereka akan ada terus," tutur Hartono.
"Perlu diedukasikan ke masyarakat, bahwa penyaluran sedekah dan zakat sudah ada banyak lembaga resmi yang bisa menampung secara bertanggung jawab," tambahnya.
Lembaga yang dimaksud yakni wadah penyaluran resmi seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dari pemerintah, maupun beberapa lembaga amil zakat di banyak organisasi kemasyarakatan dan keagamaan.
Meski diakuinya, di Kota Batu keberadaan Gepeng sudah cukup berkurang. Dua tahun terakhir, catatan penanganan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) Dinsos Kota Batu menyebutkan ada 28 PPKS ditangani tahun 2023, dan menurun jadi 21 orang pada tahun 2024.
"Sebenarnya di Kota Batu cukup landai. Tapi ada yang memang masih membandel," sebut dia.
Baca Juga : Kejari Kota Malang Lakukan RJ Kasus Iuran Uang Makam, Tersangka Terdesak Bayar Sekolah Anaknya
Ia mengatakan, mayoritas mereka yang tergolong PPKS adalah dari luar daerah. Dengan alasan para pelakunya mengaku memiliki masalah keuangan dan memilih di luar daerah asal agar tidak diketahui keluarga dan sanak saudaranya. Mereka mencari uang dengan memanfaatkan belas kasihan orang lain di jalan dan dan permukiman warga.
Untuk mereka yang terjaring razia berasal dari luar kota, pihaknya melakukan upaya koordinasi dengan Dinsos daerah asal PPKS. Sedangkan PPKS yang diketahui warga Kota Batu dilakukan pembinaan dan dikembalikan ke keluarga.
"Beberapa di antaranya memerlukan rehabilitasi. Beberapa langsung dipulangkan, tapi memang masih ada yang membandel," ungkapnya.
Program pelatihan juga sempat diberikan untuk bekal keterampilan kerja. Seperti halnya pengelasan, perbengkelan, cuci kendaraan, dan banyak lainnya. Semua itu dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi Gepeng di Kota Batu.
"Memang ada yang sudah diberikan pelatihan, tapi beberapa waktu kemudian kembali lagi (Gepeng). Perlu edukasi kesadaran masyarakat juga agar tidak memberi uang dan menyalurkan sedekah ke lembaga yang tepat," tandasnya.