Intrik Takhta Yogyakarta: Ketika Ayah Diponegoro Cemburu kepada Raden Ronggo Prawirodirdjo III
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
24 - Jun - 2025, 06:44
JATIMTIMES - Awal abad ke-19, Kesultanan Yogyakarta dilanda ketegangan tajam. Bukan semata antara istana dan kompeni Belanda, melainkan juga antara ayah dan anak: Sultan Hamengkubuwana II dan Pangeran Adipati Anom (Raden Mas Suraja) yang kelak naik takhta sebagai Hamengkubuwana III.
Ketegangan ini diperparah oleh kehadiran tiga menantu Sultan yang disayangi: Raden Ronggo Prawirodirdjo III, Raden Tumenggung Sumodiningrat, dan Raden Patih Renggengkoro. Khususnya Raden Ronggo, menjadi pusat kecemburuan Adipati Anom dan simbol perebutan kasih sayang politik.
Baca Juga : Bungkam soal Tampar Keisha Alvaro, Instagram Dimas Anggara Diserbu Netizen, Kasus 2018 Disorot Lagi
Secara lahiriah, Raden Ronggo adalah bangsawan muda berdarah mancanagara yang karismatik dan visioner. Ia menikahi putri Sultan dan ditarik ke dalam lingkaran dalam kekuasaan. Namun, popularitas dan kedekatannya dengan Hamengkubuwana II membangkitkan amarah dalam diri Pangeran Adipati Anom. Keadaan ini mencerminkan bukan sekadar konflik pribadi, tapi cermin dari persaingan ideologis dan politik antara konservatisme keraton dan gelombang reformis dari kalangan muda.
Latar Sosial-Politik Menjelang 1810
Sejak akhir abad ke-18, kompeni Hindia-Belanda semakin menancapkan pengaruh di tanah Jawa. Perjanjian Giyanti (1755) yang memecah Mataram menjadi Yogyakarta dan Surakarta telah menggerus kedaulatan internal. Di masa Hamengkubuwana II, ketegangan antara kekuasaan raja dan pihak Residen Belanda (Overste) kian memuncak.
Sultan Hamengkubuwana II dikenal keras kepala dan menolak tunduk secara penuh kepada kompeni. Ketika Overste Iseldhik ditugaskan sebagai pejabat penghubung di Yogyakarta, terjadi sejumlah konflik kebijakan. Dalam satu peristiwa, Iseldhik menyetujui perintah Sultan yang kemudian dianggap tidak selaras dengan kehendak gubernur jenderal.
Teguran dari pusat pemerintahan kolonial di Batavia membuat hubungan Sultan dengan Iseldhik merenggang. Akhirnya, Iseldhik mengundurkan diri dengan rasa kecewa, menyerahkan kunci kekuasaan dan memperingatkan agar Pangeran Natakusuma dan Raden Tumenggung Notoyudo berhati-hati terhadap manuver istana.
Ketidakharmonisan antara Pangeran Adipati Anom dan ketiga iparnya bukan semata soal keluarga. Kecemburuan muncul karena perhatian dan kepercayaan Sultan lebih banyak dicurahkan kepada para menantunya, khususnya Raden Ronggo, dibandingkan kepada putra kandungnya sendiri...