Misteri Brawijaya V: Menapak Jejak Sri Prabu Kertawijaya di Situs Biting Lumajang
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
08 - Jun - 2025, 04:50
JATIMTIMES - Di balik lebatnya hutan dan hamparan sawah hijau di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, berdiri reruntuhan sunyi yang menyimpan gema masa silam. Reruntuhan itu bukan sekadar timbunan bata kuno dan puing-puing tanah; ia merupakan saksi bisu dari kejayaan sebuah peradaban besar yang berakar dalam sejarah klasik Nusantara—yakni Kerajaan Lamajang Tigang Njuru, warisan langsung dari Dinasti Majapahit.
Dari Situs Biting inilah, penulis JatimTIMES mencoba menyingkap kembali jejak-jejak keluarga Sri Prabu Kertawijaya—Brawijaya V—yang telah lama terlupakan oleh masyarakat Lumajang itu sendiri.
Lamajang Tigang Juru — Dinasti Tua yang Terlupakan
Baca Juga : PLN UP3 Malang Tebar 900 Paket Daging Kurban, Wujudkan Kepedulian Sosial
Berdasarkan sumber-sumber naskah kuna seperti Negarakertagama, Pararaton, dan prasasti Mula-Malurung, diketahui bahwa Lamajang atau Lamajang Tigang Juru bukan sekadar wilayah administratif bawahan Majapahit, melainkan pusat kekuasaan yang pernah berdiri dengan otoritas tersendiri.
Nama “Tigang Njuru”—yang berarti “tiga arah”—menggambarkan orientasi kekuasaan Lamajang ke tiga wilayah utama: Lamajang di lereng barat Semeru, Madura di utara, dan Blambangan di timur. Kerajaan ini lahir dari pembagian kekuasaan antara Raden Wijaya dan Arya Wiraraja, tokoh sentral yang berasal dari Madura dan pernah menjabat Demung di istana Singasari. Menentang ekspansi Tantrayana ala Sri Kertanegara, Arya Wiraraja memilih membangun basis kekuatan sendiri yang lebih inklusif terhadap ajaran Islam dan struktur lokal di kawasan timur.
Setelah membantu Raden Wijaya mendirikan Majapahit, Arya Wiraraja diberi kuasa atas Lamajang. Ia membangun pusat pemerintahan di Biting dan menjadi raja pertama Lamajang Tigang Njuru. Menurut berbagai sumber, termasuk Kidung Panji Wijayakrama, Arya Wiraraja adalah seorang pemeluk Islam. Penolakannya terhadap praktik Tantrayana dan kedekatannya dengan jaringan dagang Islam memperkuat dugaan bahwa Islam telah masuk dalam struktur kekuasaan Lamajang sejak awal berdirinya kerajaan.
Setelah wafatnya, tampuk pemerintahan diwariskan kepada putranya, Sri Nararya Wangbang Menak Koncar, yang dimakamkan di kompleks situs Biting bersama ayahandanya. Menak Koncar juga dikenal dalam tradisi lisan masyarakat Lumajang sebagai penguasa yang memperkuat identitas Islam di wilayah ini...