Pesan Perang dari Kubur: 15 Tahun Dimakamkan, Jasad Pangeran Arya Mangkunegara Utuh dan Berdarah
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
26 - May - 2025, 03:59
JATIMTIMES - Lima belas tahun setelah dimakamkan, jasad seorang pangeran ditemukan masih utuh, bahkan memancarkan tetesan darah merah segar. Fenomena ini mengguncang dunia spiritualitas Jawa dan membangkitkan kembali minat terhadap sosok seorang pahlawan besar: Raden Mas Said, yang kelak dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I.
Artikel ini tidak sekadar mengisahkan peristiwa tersebut, tetapi juga menyelami kedalaman historiografi Jawa—membentangkan kisah antara pengasingan, peperangan, dan pewahyuan spiritual—dengan gaya dokumenter yang blak-blakan dan tanpa sensor.
Pewaris Takhta Mataram yang Tergusur Sejarah
Baca Juga : Puncak Kejayaan Pajang: Saat Sultan Hadiwijaya Memimpin Jawa dari Pedalaman
Dalam pusaran sejarah Jawa abad ke-18 yang bergolak, nama Pangeran Arya Mangkunegara, atau yang lebih dahulu dikenal sebagai Raden Mas Sura, menempati posisi penting namun sering terpinggirkan oleh arus besar narasi politik Mataram dan penjajahan VOC. Ia bukan hanya ayah dari sang legendaris Pangeran Sambernyawa, Raden Mas Said, tetapi juga simbol dari seorang pewaris takhta yang dikhianati oleh sistem dan terasingkan oleh kekuasaan kolonial.
Pangeran Arya Mangkunegara lahir pada tahun 1703 sebagai putra sulung Susuhunan Amangkurat IV dari seorang selir bernama Mas Ayu Kusuma Sunarso. Masa kecilnya tumbuh dalam lingkungan istana Kartasura, dan sejak dini ia dirawat oleh pamannya, Pangeran Purbaya, yang berperan besar membentuk karakter dan pandangannya terhadap kekuasaan serta perjuangan.
Pemberontakan mewarnai awal kehidupan RM Sura. Ketika ayahandanya, Amangkurat IV, mulai merestrukturisasi kekuasaan dan menurunkan derajat para pangeran senior, termasuk Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar, gejolak pun tak terelakkan. RM Sura yang setia pada pamannya turut serta mengundurkan diri ke Bale Kajenar dan kemudian ke Malang, wilayah kekuasaan yang jauh dari cengkeraman pusat Kartasura dan VOC.
Pada fase inilah, RM Sura turut merasakan getirnya perjuangan. Ia ikut bergerilya bersama Pangeran Purbaya dan Panembahan Herucakra, tokoh misterius yang diyakini oleh beberapa narasi sebagai identitas awal Pangeran Diponegoro, anak dari Pakubuwana I. Namun, pengkhianatan VOC menjadi penutup babak perjuangan itu. Herucakra diasingkan ke Sri Lanka, Purbaya ke Afrika Selatan, dan RM Sura, setelah sempat dijemput kembali ke Kartasura, justru jatuh ke dalam perangkap licik VOC pada tahun 1728...