Magetan 1890: Skandal Candu Bupati RMA Kerto Adinegoro dan Fitnah Pemerintah Kolonial
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
24 - May - 2025, 11:27
JATIMTIMES - Dalam sejarah pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Kabupaten Magetan menampilkan satu fragmen istimewa yang membedakan dirinya dari banyak wilayah lain di Pulau Jawa: kesinambungan dinasti lokal yang nyaris tak terputus, berpadu dengan pusaran skandal kolonial yang mengguncang tatanan kekuasaan priyayi.
Artikel ini menelaah secara mendalam dinamika kekuasaan, loyalitas keluarga, dan intrik kolonial melalui lensa peristiwa yang berpusat pada keluarga bupati Magetan dari pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Baca Juga : Malam Jumat dan Dunia Gaib Orang Jawa: Antara Sesaji, Danyang, dan Dewi Sri
Sejak tahun 1837, Kabupaten Magetan berada di bawah kendali sebuah dinasti priyayi yang nyaris tak terputus—sebuah keluarga bangsawan yang mengklaim diri sebagai keturunan Bathoro Katong, putra Raja Majapahit Brawijaya V dan pendiri Ponorogo. Raden Mas Adipati (RMA) Kertonagoro, sebelumnya bupati Ngawi dan Purwadadi, diangkat sebagai bupati Magetan pada 1852. Ia digantikan oleh menantunya, bagian dari aliansi keluarga besar dengan bupati Ponorogo. Pada tahun 1887, jabatan berpindah kepada RMA Kerto Adinegoro, juga seorang menantu dari garis keturunan yang sama. Ia memegang jabatan hingga tahun 1912. Dalam kurun waktu itu, Magetan tidak hanya menjadi pusat kekuasaan keluarga, tetapi juga ladang berbagai intrik politik dan ekonomi.
Sistem dinasti ini menegaskan berlakunya prinsip keturunan dalam jabatan pemerintahan lokal, bahkan setelah diberlakukannya Regeringsreglement tahun 1854. Di saat Batavia hendak membentuk birokrasi kolonial yang netral dan meritokratis, praktik lokal di Magetan tetap mengakar pada warisan keluarga dan jejaring sosial priyayi.
Namun, di balik kemilau garis keturunan itu tersembunyi intrik dan skandal yang mengancam reputasi para elite lokal. Salah satunya adalah kasus penyelundupan candu di Magetan pada 1890, yang menyeret nama Bupati R.M.A. Kerto Adinegoro. Tuduhan ini tidak hanya mencoreng nama baik keluarga bupati, melainkan juga menguji batas kekuasaan residen dan hubungan antar etnis dalam dunia kolonial.
Bupati Kerto Adinegoro, menantu dari pendahulunya, menjabat sejak 1887 hingga 1912. Ia adalah tokoh yang tidak sepenuhnya diterima oleh sebagian keluarga besarnya sendiri. Saudara tirinya, yang menjabat sebagai asisten jaksa kepala di Magetan, menganggap dirinya lebih layak menjadi bupati dan melaporkan adanya dugaan keterlibatan sang bupati dalam penyelundupan candu...