Malam Jumat dan Dunia Gaib Orang Jawa: Antara Sesaji, Danyang, dan Dewi Sri
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
24 - May - 2025, 07:31
JATIMTIMES - Dalam jagat budaya spiritual orang Jawa, malam Jumat—terutama Jumat Legi—memiliki tempat sakral yang tak tergantikan. Malam Jumat bukan sekadar waktu menjelang akhir pekan, melainkan sebuah ruang waktu yang membuka perjumpaan antara dunia manusia dan dunia gaib.
Malam Jumat menjadi saat ketika sesaji disusun rapi, asap kemenyan mengepul perlahan, dan doa-doa berbisik lembut di antara aroma bunga dan dupa.
Baca Juga : Kalender Jawa Weton Sabtu Legi 24 Mei 2025: Karakter, Karier, Jodoh
Melalui perspektif historiografis dan antropologis, artikel ini akan menelusuri lapis-lapis makna di balik tradisi sesajian dan penghormatan terhadap danyang, leluhur, dan kekuatan mistik dalam kosmologi Jawa.
Kedatangan berbagai agama besar seperti Hindu, Buddha, dan Islam ke Jawa tidak serta merta menghapus sistem kepercayaan asli masyarakat. Justru, yang terjadi adalah asimilasi dan transformasi nilai-nilai spiritual. Dalam masyarakat Jawa, keyakinan terhadap Tuhan tidak berdiri sendiri. Ia dibarengi dengan kepercayaan akan eksistensi dewa, roh leluhur, makhluk halus (lembut), setan, dan kekuatan alam. Dalam pandangan antropolog Clifford Geertz, ini menciptakan "agama abangan" yang meleburkan ajaran formal agama dengan kosmologi lokal.
Tradisi ini melahirkan praktik sesaji, wadah simbolik untuk menjalin komunikasi dengan yang gaib. Ia bukan sekadar persembahan, tetapi upaya menyeimbangkan hubungan antara manusia dan alam, antara kasat mata dan tak kasat mata.
Dalam sistem klasifikasi masyarakat Jawa, sesaji terbagi menjadi beberapa jenis yang masing-masing memiliki tujuan dan makna tersendiri. Selamatan merupakan sesaji yang dipersembahkan kepada Yang Kuasa, nabi, wali, dewa, bahkan makhluk halus seperti setan atau hantu, sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan. Mlakan bertujuan menolak gangguan dari makhluk halus dan energi negatif, biasanya dilakukan dengan mantra, doa, serta pembakaran kemenyan. Wadima adalah persembahan rutin kepada roh baik, jin, dan kekuatan alam, agar tidak mengganggu dan justru membantu kelangsungan hidup manusia. Sementara itu, sedekah diberikan untuk arwah keluarga, wali, malaikat, dan juga demi keselamatan penyelenggara upacara serta komunitasnya.
Makanan, bunga, air, dan dupa menjadi komponen wajib dalam setiap bentuk sesaji ini, dengan tempat pelaksanaan yang bervariasi, mulai dari rumah, halaman, dapur, sumur, hingga perempatan jalan...