Pulung 1885: Raden Martodimejo dan Mimpi Ratu Adil dari Ponorogo
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
01 - May - 2025, 08:07
JATIMTIMES - Dalam lanskap sejarah perlawanan petani dan elite desa terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Peristiwa Pulung tahun 1885 menempati ruang khusus dalam diskursus historiografi Jawa. Tidak seperti pemberontakan massa bersenjata yang meletus karena kelaparan, krisis harga beras, atau kekacauan fiskal semata, Pemberontakan Pulung dimotori oleh sekelompok elite desa yang memiliki akar genealogis kuat dalam jaringan aristokrasi lokal.
Raden Martodimejo, tokoh sentral dalam peristiwa ini, bukan sekadar tokoh lokal marjinal, melainkan bagian dari keluarga besar Bupati Ponorogo, dengan pengalaman birokratis sebagai mantan jagawana dan pelaku usaha pascapensiun. Artikel ini mengkaji kompleksitas perlawanan ini secara historis dan kritis, menelisik motif politik, ekonomi, spiritual, dan mitologis yang melekat dalam struktur kepemimpinan pemberontakan.
Baca Juga : Tanggal 2 Mei Apakah Termasuk Hari Libur? Cek Disini Jawabannya!
Raden Martodimejo dan putranya, Martodipuro, adalah keturunan langsung dari dua mantan bupati Ponorogo, yakni R.M.A. Suriodiningrat dan R. Brotowiryo. Ini menunjukkan bahwa pemberontakan tidak hanya disusun oleh petani miskin atau rakyat jelata, melainkan oleh para priyayi desa yang kecewa atas marginalisasi politik dan ekonomi yang mereka alami setelah pensiun atau tersingkir dari jabatan.
Anak Martodimejo bekerja di biro statistik Pacitan, menunjukkan keterkaitan mereka dengan sistem pemerintahan kolonial yang sedang berlangsung. Keluarga besar Martodimejo juga melibatkan sejumlah aktor lain, seperti R. Martorejo (mantan juru tulis magang), ayahnya (mantan carik Desa Patik), R. Reksojodikromo (keponakan), dan Sim Ju Hing (seorang Tionghoa mantan agen candu).
Mereka semua tinggal di Desa Patik, yang hampir seluruh penduduknya memiliki ikatan kekerabatan. Koherensi sosial ini memberi struktur organisasi pemberontakan daya lenting yang cukup besar, meski terbatas dalam jumlah.
Narasi Mistik dan Legitimasi Politik
Legitimasi kepemimpinan dalam pemberontakan ini tidak hanya bersandar pada silsilah priyayi, tetapi juga pada narasi spiritual dan mitologis. Seorang anak muda dari Desa Patik, dibawa oleh Martorejo, menjadi figur Ratu Adil dalam kisah ini...