Hadapi Musim Panas, Ini Cara Bikin Rumah Adem Tanpa Boros Listrik
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Yunan Helmy
26 - Apr - 2025, 04:17
JATIMTIMES - Musim kemarau diprediksi segera melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sebanyak 403 Zona Musim (ZOM), atau sekitar 57,7 persen wilayah Indonesia, akan memasuki musim kemarau pada periode April hingga Juni 2025. Wilayah Nusa Tenggara disebut-sebut akan mengalami musim kering lebih awal dibandingkan daerah lain.
Secara umum, musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung mulai normal hingga sedikit lebih lambat dari biasanya. BMKG mencatat, dari total 409 ZOM atau sekitar 59 persen wilayah Indonesia, sebagian besar akan mengalami akumulasi curah hujan pada kategori normal. Artinya tidak lebih basah maupun lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya.
Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2025, meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Menariknya, puncak musim kering tahun ini diperkirakan akan datang sama seperti biasanya atau bahkan sedikit lebih cepat di beberapa daerah.
Durasi musim kemarau sendiri diprediksi bervariasi antarwilayah. Di sebagian Sumatera dan Kalimantan, musim kering diperkirakan berlangsung singkat, yakni sekitar 6 dasarian atau setara 2 bulan. Sementara di sejumlah daerah Sulawesi, durasi kemarau bisa lebih panjang, bahkan mencapai lebih dari 24 dasarian.
Jika dibandingkan dengan musim-musim sebelumnya, durasi kemarau 2025 secara keseluruhan cenderung lebih pendek. BMKG memperkirakan, 298 ZOM atau sekitar 43 persen wilayah Indonesia akan mengalami musim kering dengan durasi yang lebih singkat dari biasanya.
Dengan prediksi musim kemarau yang semakin dekat, menjaga kenyamanan di dalam rumah tanpa mengandalkan pendingin buatan seperti AC menjadi penting. Mengadopsi cara-cara tradisional seperti memperbanyak ventilasi silang, menggunakan material bangunan yang mampu mengurangi panas, membangun taman dalam rumah (inner court), hingga meninggikan plafon dapat menjadi solusi efektif. Selain menjaga kesejukan, strategi ini juga membuat penggunaan listrik tetap hemat di tengah cuaca panas ekstrem yang bakal melanda.
Sebenarnya, sejak masa kolonial, prinsip membangun rumah yang mampu melawan cuaca panas sudah diterapkan. Rumah bergaya indis, warisan masa Hindia Belanda, terkenal karena desainnya yang memadukan gaya Eropa dan Nusantara dengan penyesuaian terhadap iklim tropis.
Rahasia Rumah Peninggalan Belanda Tetap Sejuk
Mengutip dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), rumah bergaya indis mulai berkembang sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Ciri khasnya antara lain dinding tebal, ventilasi lebar, atap tinggi, serta lantai teraso. Semua elemen ini dibuat demi menghadapi iklim tropis Indonesia yang panas dan lembap.
Dosen Arsitektur UMS Dr Nur Rahmawati Syamsiyah meneliti tingkat kenyamanan termal di rumah kuno di Kampung Batik Laweyan, Solo...