Strategi Investasi Aman dan Cuan di Tengah Perang Dagang Trump
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Nurlayla Ratri
13 - Apr - 2025, 08:24
JATIMTIMES - Ketegangan ekonomi global kembali meningkat, kali ini dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memicu perang dagang dengan sejumlah negara, termasuk Indonesia. Di tengah situasi yang tak menentu ini, masyarakat dituntut lebih cermat mengelola keuangan agar tetap aman dan berpeluang cuan. Salah satu caranya adalah dengan berinvestasi secara bijak.
Kondisi Ekonomi Global Kian Tidak Pasti
Sejak Trump menaikkan tarif impor barang dari berbagai negara, termasuk Indonesia, tekanan terhadap ekonomi nasional semakin nyata. Terbaru, pada awal April 2025, AS memberlakukan tarif hingga 32 persen terhadap produk asal Indonesia. Meskipun kemudian diturunkan menjadi 10 persen, dampaknya sudah terasa luas.
Nilai tukar rupiah melemah drastis hingga menyentuh Rp16.750 per dolar AS, angka yang hampir menyamai masa krisis moneter 1998. Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ikut terkoreksi hingga 9 persen dalam satu hari pada 8 April 2025, memicu auto reject dan menghentikan perdagangan sementara.
Pilih Instrumen Investasi yang Aman
Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andi Nugroho, mengingatkan agar masyarakat mulai melirik investasi yang berisiko rendah hingga menengah.
"Di tengah ketidakpastian seperti ini, pilihan investasi terbaik adalah yang stabil dan minim risiko. Contohnya, surat utang negara seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia) atau sukuk ritel, dan reksa dana berbasis pasar uang maupun pendapatan tetap," kata Andi, dikutip CNNIndonesia, Minggu (13/4/2025).
Andi juga menyarankan masyarakat mempertimbangkan logam mulia seperti emas batangan atau perak sebagai aset pelindung nilai. Investasi ini dinilai lebih aman saat situasi ekonomi global bergejolak.
Gunakan "Uang Dingin" untuk Investasi
Selain memilih instrumen investasi yang aman, Andi menekankan pentingnya hanya menggunakan "uang dingin" atau dana sisa dari kebutuhan harian. Ia mengingatkan agar masyarakat tidak nekat menginvestasikan dana yang dipakai untuk biaya hidup sehari-hari.
"Kalau kita pakai dana kebutuhan pokok untuk investasi, lalu ternyata investasinya turun atau rugi, itu bisa memukul keuangan keluarga. Maka idealnya alokasikan sekitar 10 persen dari penghasilan bulanan untuk investasi," jelasnya.
Atur Ulang Gaya Hidup, Prioritaskan Kebutuhan Pokok
Di tengah kondisi ekonomi yang menekan, mengatur ulang gaya hidup juga menjadi hal yang krusial. Andi menyarankan masyarakat membuat skala prioritas dalam pengeluaran. Bila perlu, tekan belanja non-esensial dan lebih fokus pada kebutuhan primer...