Membongkar Tata Kelola Kerajaan Kartasura: Pemerintahan di Masa Pakubuwana II
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
03 - Apr - 2025, 02:05
JATIMTIMES - Pada tahun 1726, Raden Mas Prabasuyasa, seorang pemuda berusia 15 tahun, dinobatkan sebagai Sri Susuhunan Pakubuwana II. Masa pemerintahannya menjadi saksi dari sebuah periode penting dalam sejarah Jawa: kejayaan dan keruntuhan Kartasura, serta perpindahan pusat pemerintahan ke Surakarta.
Sebagai raja muda, Pakubuwana II menghadapi tantangan besar berupa konflik internal, pemberontakan, dan tekanan dari VOC. Namun, di balik itu, ia menciptakan sistem pemerintahan yang unik dengan tatanan birokrasi yang tertata rapi, sebagaimana tercatat dalam dokumen tahun Jawa 1655 (1726 M).
Baca Juga : Wunjudkan Pemerintahan Bersih, Wali Kota Malang Minta ASN Patuhi MCP-KPK
Artikel ini mengurai secara mendalam struktur tata kelola pemerintahan Kartasura di masa Pakubuwana II, menggambarkan peran masing-masing pejabat, dan menempatkan dokumen bersejarah ini dalam konteks dinamika politik abad ke-18.
Pakubuwana II dan Pusat Kekuasaan di Kartasura
Sebagai Susuhunan Mataram kesembilan, Pakubuwana II memulai pemerintahannya di Kartasura, istana yang telah menjadi simbol kekuasaan dinasti Mataram. Ia bukan sekadar raja, tetapi juga seorang pemimpin spiritual yang bertanggung jawab menjaga "bang bang pangalum-alum," atau ketentraman kerajaan. Dalam struktur kekuasaan, sang putra mahkota, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunagara, diberi peran sebagai pewaris langsung, dengan tugas mengawasi ketertiban di dalam istana.
Namun, peran paling strategis di luar istana dipegang oleh Patih Dalem, Adipati Danureja. Patih ini diberi kekuasaan penuh atas wilayah Jawa, dengan pengaruh yang hampir tak terbantahkan. Dalam naskah, patih digambarkan sebagai sosok "dhedhak merang amis bacin," metafora yang melambangkan kepercayaan penuh raja atas ucapannya yang dianggap benar.
Struktur Pemerintahan yang Terperinci
Pemerintahan Kartasura di masa Pakubuwana II memiliki struktur yang kompleks dan mencerminkan harmoni antara tradisi Jawa dan nilai-nilai Islam. Setiap pejabat memiliki tugas spesifik yang diatur dengan cermat, sebagaimana tercatat dalam dokumen tahun 1726.
Dalam struktur Nayaka Kaparak Tengen dan Kiwa, Raden Demang Ngurawan dan Raden Mangkupraja bertanggung jawab atas pengelolaan seni dan keahlian khusus. Mereka mempersiapkan pasukan, menata prajurit, serta menguasai bahasa dan kesusastraan...