JATIMTIMES - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berkomitmen memperkuat ekonomi kreatif (ekraf) yang berbasis pada inovasi dan kreativitas. Langkah-langkah strategis menuju Kota Kreatif Dunia (UNESCO Creative City) tersebut dipaparkan dalam forum Creative Dialogue: Surabaya Dalam Kartografi Kreatif di Universitas Ciputra (UC).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappendalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat memaparkan, berdasarkan data, saat ini Kota Surabaya memiliki 1.996 pelaku ekonomi kreatif, dengan empat sektor utama yakni, kuliner (gastronomi), fashion, seni pertunjukan, dan kriya.
Baca Juga : Puguh DPRD Jatim Soroti Banjir di Malang, Dorong Gerak Cepat Pembenahan Saluran Air
“Kuliner saat ini berada di posisi tertinggi, dimana masyarakat atau turis domestik jika berkunjung ke Surabaya yang dicari adalah makanannya, seperi Rawon Setan, Rujak Cinggur dan lainnya,” kata Irvan.
Irvan Wahyudrajat menegaskan bahwa upaya menuju Kota Kreatif Dunia harus diwujudkan melalui kolaborasi tujuh unsur yang disebut sebagai Hepta Helix. Kolaborasi ini bertujuan memastikan produk kreatif yang dihasilkan benar-benar relevan dengan kebutuhan pasar. Tujuh unsur yang dimaksud adalah pemerintah, pengusaha, akademisi, NGO, media, komunitas dan konsumen.
“Semuanya berkolaborasi, pemerintah sebagai inisiator dan fasilitator, pengusaha dalam hal menggerakan investasi dan produksi, akademisi adalah sumber inovasi, teknologi, dan inkubator bisnis, NGO, media, komunitas sebagai platform promosi, dan kosumen adalah elemen paling krusial untuk memastikan produk kreatif memiliki pasarnya,” terangnya.
Menurut Irvan, ketika membuat produk harus selaras dengan pasar, sehingga akan laku. Hal ini menjadi arah menuju Kota Surabaya menjadi kota kreatif dunia.
Untuk memetakan potensi dan mempermudah akses bagi wisatawan dan investor, Irvan meminta bantuan perguruan tinggi untuk mengembangkan Kartografi Kreatif (peta spasial) yang mudah diakses dan dicerna oleh masyarakat umum. Peta ini akan menjadi panduan untuk berbagai jenis pariwisata yang dikembangkan, seperti wisata kuliner, peta bisa menunjukan titik-titik gastronomi unggulan atau wisata pendidikan untuk menunjukan lokasi institusi pendidikan.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga mendorong peran aktif perguruan tinggi, termasuk Universitas Ciputra, untuk menjadi agen perubahan dan pembangunan kota. Irvan mengatakan, untuk kolaborasi bersama kampus atau universitas Pemkot Surabaya memiliki beberapa program yang bisa dimanfaatkan.
Baca Juga : Rehabilitasi PPKS, Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Optimalkan Shelter
“Kami memiliki banyak program sebagai wadah untuk berkolaborasi, seperti KKN berbasis solusi, jadi setiap mahasiswa masuk ke kampung-kampung dan memperlajari apa masalah di kampung tersebut, yang kemudian bisa dipecahkan oleh mahasiswa dan warga. Kami juga akan segera membuka Hi-Tech mal sebagai ruang kreativitas, dimana tentu saja ini bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa,” paparnya Irvan.
Irvan Wahyudrajat menambahkan, dalam perkembangan ekonomi kreatif di Surabaya tentunya juga memiliki tantangannya tersendiri. Salah satunya adalah fenomena "aji mumpung" di mana harga sewa properti di kawasan yang baru dibuat seperti Kota Lama dan Jalan Tunjungan melonjak tinggi sehingga menimbulkan problem bagi calon investor.
“Untuk hal ini tentunya kami menerima masukan dari para akademi agar lebih baik ke depan terkait regulasi,” imbuhnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Ciputra, Wirawan Endro Dwi Radianto menyambut baik ajakan kolaborasi ini dan menegaskan bahwa UC sangat mendukung perkembangan ekonomi kreatif. “Tentunya kami siap menjadikan Kota Surabaya laboratorium yang hidup untuk berkolaborasi, bereksperimen, dan menciptakan hal-hal baru yang kreatif,” pungkasnya.