JATIMTIMES – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2024/2025 resmi dimulai pada Senin (14/7/2025), dengan sejumlah pembaruan yang menyasar pembentukan karakter dan kesiapan digital siswa sejak dini. Berdasarkan panduan terbaru dari Kementerian Pendidikan, kegiatan MPLS tahun ini berlangsung selama lima hari, baik di jenjang Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Muflikh Adhim, SE., MM., menyampaikan bahwa ada penyesuaian substansial pada struktur dan isi MPLS sebagai respons terhadap dinamika zaman, khususnya perkembangan teknologi digital dan tantangan sosial yang dihadapi pelajar.
Baca Juga : Drakor S Line Tayang Dimana? Ini Sinopsis Lengkap dengan Link Nontonnya
"Kementerian telah mengatur kegiatan selama lima hari. Hari pertama hingga kelima memiliki fokus berbeda-beda, mulai dari pengenalan lingkungan hingga penanaman nilai-nilai penting seperti literasi digital, anti-judi online, hingga kesiapsiagaan bencana," ujar Muflikh, saat dihubungi lewat sambungan telfon, (12/7/2025).

Pada hari pertama, siswa diajak mengenal lingkungan sekolah dalam suasana yang ramah dan menyenangkan. Diawali dengan upacara penyambutan, orang tua menyerahkan anaknya secara simbolis kepada pihak sekolah. Selanjutnya, siswa diperkenalkan dengan area sekolah seperti ruang kelas, kantin, perpustakaan, hingga toilet.
Salah satu fokus utama hari pertama adalah edukasi penggunaan internet dan media sosial secara sehat. Mengingat anak-anak kini sangat akrab dengan dunia digital, penting bagi sekolah untuk memberikan panduan dan pengawasan terkait penggunaan gawai yang bijak.
Hari kedua difokuskan pada pembentukan suasana sekolah yang aman, nyaman, dan menggembirakan. Anak-anak dikenalkan dengan nilai-nilai kebersamaan, ruang-ruang perjumpaan sosial, serta budaya ramah di lingkungan sekolah.
Salah satu poin penting yang menjadi penambahan tahun ini adalah edukasi tentang kesiapsiagaan bencana. Sekolah diminta mulai mengenalkan skenario tanggap darurat, seperti prosedur evakuasi ketika terjadi gempa atau bencana lain. Program ini dilaksanakan bekerja sama dengan instansi terkait seperti BPBD.
Memasuki hari ketiga, siswa mengikuti asesmen awal MPLS untuk mengidentifikasi kemampuan literasi dan numerasi. Hal ini penting untuk membantu guru memahami level kemampuan siswa dan merancang pembelajaran yang sesuai.
Selain itu, siswa juga dibekali materi tentang cara belajar efektif, menumbuhkan motivasi, dan semangat belajar. Tujuannya, membentuk mental belajar yang positif sejak awal masuk sekolah.
Materi hari keempat lebih serius: mengedukasi siswa tentang bahaya judi online dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza). Isu ini menjadi perhatian besar karena maraknya kasus di kalangan remaja. Materi tersebut dikemas secara interaktif agar tetap mudah diterima siswa, termasuk dengan metode storytelling dan diskusi kelompok.
"Anak-anak perlu diingatkan tentang bahaya era digital. Judi online dan Napza harus dihindari. Edukasi ini menjadi langkah preventif dari sekolah," terang Muflikh.
Baca Juga : PORSENI Jatim 2025: Lewat Pencak Silat dan Puisi Qur’ani, Siswi MAN 1 Kota Malang Sukses Boyong 2 Medali
Di hari penutup MPLS, siswa diberi ruang untuk menunjukkan bakat dan minat mereka melalui penampilan kreatif. Sekolah menginventarisasi siswa yang berprestasi, termasuk yang pernah menjuarai lomba saat di jenjang sebelumnya, untuk dibina lebih lanjut. Kegiatan ini sekaligus menjadi sarana memotivasi siswa lain agar berani menunjukkan potensi diri mereka.
Hari kelima juga menjadi momen penguatan komitmen bersama antara sekolah dan siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan.
Disdikbud Kota Malang memastikan bahwa setiap kegiatan MPLS disesuaikan dengan usia peserta didik. Untuk jenjang SD, pendekatan lebih ringan digunakan, seperti storytelling, senam 7 Kebiasaan Anak Hebat, hingga menonton film edukatif seperti Aku Anak Hebat Berani Imunisasi. Sebaliknya, di jenjang SMP, kegiatan lebih menekankan aspek tanggung jawab sosial dan kedewasaan digital.
Untuk memastikan kegiatan MPLS berjalan sesuai pedoman, Disdikbud Kota Malang menerapkan sistem pengawasan berlapis. Setiap sekolah memiliki tim pelaksana, sementara pengawasan eksternal dilakukan oleh pengawas wilayah dan unsur dinas pendidikan.
“Jumlah sekolah SD negeri di Kota Malang mencapai 195 dan SMP negeri 30. Maka pengawasan dilakukan dengan membagi tugas. Kami libatkan seluruh unsur mulai dari kepala dinas hingga pengawas wilayah. Monitoring juga dibantu BPMP Provinsi,” jelas Muflikh.
Ia menegaskan bahwa MPLS tahun ini tetap mengedepankan prinsip Sekolah Ramah Anak. Tidak diperbolehkan adanya praktik perpeloncoan, pemberian tugas yang memberatkan, atau aturan membawa barang yang tidak relevan.
Dengan format lima hari ini, Disdikbud Kota Malang berharap, peserta didik baru dapat lebih siap secara mental, emosional, dan sosial dalam menghadapi tahun ajaran baru.