JATIMTIMES - Pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas kembali menjalani prosesi jamasan atau pemandian pada Jumat (11/7/2025) di halaman Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung. Kegiatan ini rutin dilaksanakan bulan Muharram di tiap tahun.
Pusaka legendaris milik Kabupaten Tulungagung ini diyakini memiliki kekuatan spiritual. Konon, senjata yang pernah digunakan oleh Bung Tomo dalam perjuangan melawan penjajah Belanda di Surabaya ini dipercaya memiliki tuah luar biasa dan disakralkan oleh masyarakat.
Baca Juga : Tips Berburu Embun Upas di Bromo, Suhu Udara di Angka 5 Derajat Celcius
Uniknya, pusaka ini berlafazkan "Allah" dan "Muhammad" serta berbahan emas murni. Untuk enggunaan emas murni pada pusaka ini bertujuan untuk menyamarkannya dari kejaran penjajah Belanda.
Kanjeng Kyai Upas disebut-sebut memiliki keampuhan lebih jika dibandingkan pusaka-pusaka lain di tanah Jawa.
Prosesi jamasan dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus doa agar Kabupaten Tulungagung dijauhkan dari segala bentuk bencana. Air yang digunakan dalam prosesi tersebut diambil dari sembilan sumber mata air yang tersebar di wilayah Tulungagung. Prosesi juga diiringi dengan pembacaan surat Yasin dan tahlil.
Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, yang turut hadir dalam prosesi jamasan menyampaikan bahwa tradisi ini telah berlangsung sejak masa Raden Mas Pringga Kusuma, pembawa pusaka Kanjeng Kyai Upas.
Menurutnya, pusaka ini merupakan simbol penguat mental bagi para pemimpin daerah sejak masa lampau. “Pusaka ini merupakan simbol penguatan mental para pejabat, dari era Raden Mas Pringga Kusuma hingga pemimpin Tulungagung saat ini,” ucap Bupati Gatut Sunu.
Bupati Tulungagung ini juga menambahkan, sebelum pusaka ini hadir di kota marmer, daerah ini kerap dilanda banjir tahunan. Namun, setelah pusaka Kyai Upas datang, banjir disebut langsung surut.
Baca Juga : Rektor Unisba Blitar Kukuhkan KSPM 2025–2027, Dorong Mahasiswa Jadi Pelopor Literasi Investasi
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung, Bagus Kuncoro, menegaskan bahwa prosesi jamasan merupakan bentuk kecintaan sekaligus kewajiban dalam menjaga warisan budaya.
“Pusaka Kyai Upas tidak bisa dilepaskan dari sejarah lahirnya Tulungagung. Bung Karno pernah berpesan: jangan sekali-kali melupakan sejarah. Harapannya, prosesi ini menjadi pengingat tahunan agar masyarakat mencintai, memperhatikan, dan melestarikan pusaka peninggalan leluhur,” jelasnya.
Sementara itu, prosesi jamasan tahun ini terlihat meriah dengan kehadiran siswa siswi dari SMPN 3, SMPN 6 dan SDN 1 dan 2 Kenayan Tulungagung.
Selain dihadiri Bupati Gatut Sunu dan Wakil Bupati Ahmad Baharudin, tampak di acara ada Sekda, Ketua DPRD, Kapolres, Kajari, Dandim 0807, OPD, serta camat se-Kabupaten Tulungagung.