JATIMTIMES - Rute angkot di Kota Malang rencananya bakal dirombak. Hal tersebut lantaran saat ini, rute angkot yang ada dinilai sudah tak lagi sesuai dengan kebutuhan mobiltas masyarakat di Kota Malang.
Informasi didapat dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, rute angkot yang ada saat ini telah berlangsung sejak tahun 1998 silam. Sehingga, rencana perombakan rute angkot tersebut dimaksudkan sebagai penyesuaian. Itu artinya, rute eksisting angkot di Kota Malang saat ini sudah berlangsung selama 25 tahun. Sejak saat itu, penyesuaian masih dilakukan sebagian.
Baca Juga : Meriahkan HUT Ke-13, Savana Hotel & Convention Malang Gelar Fun Color Walk
"Teman-teman dari paguyuban sopir angkot berharap dilakukan re-routing, ya. Artinya penyesuaian, peninjauan kembali rute-rute jalur angkot yang eksisting saat ini. Karena memang sudah cukup lama dan perlu disesuaikan dengan kondisi sekarang," ujar Jaya, sapaan akrabnya.
Ia juga menyoroti adanya ketimpangan antata armada angkot dengan keberadaan transportasi online. Selain itu, perbedaaan juga terdapat pada pola trayek atau rute dua moda transportasi darat itu.
"Mereka menyampaikan kalau angkutan kota beroperasi dalam sistem trayek tetap, sementara transportasi online tidak memiliki batasan wilayah atau jalur tertentu," jelas Jaya.
Hal tersebut disadari oleh para sopir angkot untuk melakukan peningkatan pelayanan, tujuannya agar tetap kompetitif. Re-routing atau penyesuaian rute, dianggap sebagai salah satu solusi.
Terkait hal ini, Jaya mengaku bahwa Dishub telah memiliki kajian terkait rencana tersebut. Salah satunya, juga dengan memfungsikan angkot sebagai kendaraan pengumpan atau feeder bagi armada Trans Jatim.
"Mereka berharap bisa berperan dalam penerapan Transjatim itu nanti. Makanya itu masuknya dalam skema re-routing, angkot akan menjadi feeder," jelas Jaya.
Baca Juga : Ramalan Gempa Jepang 5 Juli 2025 Bikin Wisatawan Panik, Ini Faktanya
Menurutnya, penyesuaian jalur ini juga dimaksudkan sebagai efisiensi operasional angkot. Sebab saat ini, ada sejumlah trayek yang dinilai mengalami kelebihan armada.
Kondisi tersebut juga diperparah dengan ketidakseimbangan antara jumlah penumpang dengan armada angkot yang tersedia. Selain ada wilayah yang belum terlayani, juga ada sebagian masyarakat yang memilih beralih menggunakan kendaraan online.
"Misalnya satu jalur ada 100 unit, tapi load factor-nya hanya 30 persen. Itu kan tidak optimal. Sementara ada wilayah seperti Jalan Danau Toba dan kawasan perumahan yang belum tercover. Itu bisa ditinjau kembali," tuturnya.