JATIMTIMES – Di balik sorotan lampu dan panggung kecil di Aula Sarwakirti Unikama Senin malam (2/7/2025), ada proses pembelajaran yang jauh lebih besar daripada yang tampak di permukaan. Melalui pagelaran seni bertajuk “Dari Budaya Kami Berkarya”, mahasiswa PG-PAUD Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) tak sekadar menampilkan karya seni, mereka sedang belajar menjadi guru yang memahami cara mendampingi anak secara kreatif, kontekstual, dan penuh empati.
Apa yang terlihat memang meriah: ada musik tradisional, drama tari, fashion show anak-anak, hingga pameran kerajinan tangan. Tapi inti dari semuanya adalah bagaimana mahasiswa belajar menciptakan ruang yang memberi anak-anak usia dini pengalaman tampil, berekspresi, dan memahami warisan budaya lewat pengalaman langsung.

Ketika anak-anak tampil mengenakan busana kontemporer bernuansa batik, mereka tidak sekadar menjadi “model kecil”. Di balik itu, mereka sedang belajar percaya diri, belajar mengenal motif batik sebagai bagian dari identitas, dan belajar tampil di depan umum tanpa tekanan.
Baca Juga : PPPK Kejaksaan 2025 Resmi Dibuka, Klik SSCASN untuk Mendaftar
Sebaliknya, mahasiswa yang mendampingi mereka justru sedang mempraktikkan hal yang jauh lebih kompleks: bagaimana menghadirkan kegiatan belajar yang menyenangkan, menghargai proses, dan tetap sarat nilai edukatif. Lewat pendampingan ini, mahasiswa tidak hanya mengaplikasikan teori perkembangan anak, tapi juga mengasah kepekaan sosial, kreativitas, dan keterampilan komunikasi mereka.

Segmen drama tari dan musik tradisional bukan sekadar pelengkap hiburan. Ia menjadi jembatan untuk menghidupkan kembali cerita rakyat dalam bentuk yang bisa dinikmati dan dipahami anak-anak. Musik yang dimainkan mahasiswa juga berfungsi sebagai pengantar rasa, membawa suasana, menyelaraskan gerak, dan menciptakan harmoni di panggung.
Lebih dari sekadar pertunjukan, elemen-elemen seni ini menjadi alat peraga yang hidup, tempat anak belajar tanpa merasa sedang diajari. Dan bagi mahasiswa, ini merupakan latihan menyampaikan pesan melalui media yang tak biasa, sebuah pendekatan penting dalam dunia pendidikan anak usia dini yang menuntut fleksibilitas dan kreativitas tinggi.

Di luar panggung, pameran kerajinan tangan mahasiswa juga berbicara banyak. Hasil karya berupa alat permainan edukatif, dekorasi budaya, dan media pembelajaran sederhana menjadi bukti bahwa kurikulum PG-PAUD di Unikama memberi ruang bagi pembelajaran kontekstual, yang tidak terjebak di ruang kelas semata.
Baca Juga : Kasus HIV Naik, Pemkab Blitar Perkuat Pendampingan ODHIV
Seperti diungkapkan Dr. Siti Muntomimah, M.Pd., kegiatan ini menunjukkan bagaimana seni dan budaya bisa menjadi jalan masuk untuk menanamkan nilai, membentuk karakter, dan sekaligus memperkuat keterampilan calon pendidik.
“Pagelaran seni ini menunjukkan integrasi sempurna antara pendidikan, seni, dan budaya. Saya bangga sekali melihat drama tari kami memukau penonton, dan khususnya fashion show kontemporer berukir batik yang melibatkan anak usia dini—momen di mana kreativitas, kepercayaan diri, dan kecintaan pada warisan budaya mereka tumbuh bersama,” ujar Dr. Siti Muntomimah, M.Pd.
Pagelaran ini bukan tentang penampilan yang sempurna di depan penonton. Tapi tentang memberi pengalaman berharga bagi anak-anak untuk tumbuh berani dan mencintai budayanya. Lebih dari itu, pagelaran seni PG-PAUD ini menunjukkan bahwa kurikulum tidak hanya berfokus pada teori, melainkan membentuk karakter dan kecakapan praktis mahasiswa sekaligus anak binaan mereka. Kolaborasi antara drama tari yang sarat makna dan fashion show kontemporer berukir batik membuktikan kekuatan seni sebagai jembatan edukasi dan pelestarian budaya.