JATIMTIMES - Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, dr Marwan al-Sultan, dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel. Ia dikenal sebagai salah satu dokter jantung senior yang masih aktif di wilayah tersebut. Kabar duka ini menambah panjang daftar tenaga kesehatan yang menjadi korban sejak perang kembali memanas di Jalur Gaza.
Menurut organisasi medis lokal Healthcare Workers Watch (HWW), dr Marwan menjadi tenaga medis ke-70 yang tewas dalam 50 hari terakhir akibat serangan militer Israel.
Baca Juga : Porprov Jatim IX 2025 Bawa Angin Segar Perhotelan di Kota Malang
"Kematian dr Marwan al-Sultan oleh militer Israel adalah kehilangan besar, bukan hanya bagi Gaza, tapi juga komunitas medis Palestina secara luas," kata Muath Alser, Direktur HWW, dilansir The Guardian, Kamis (3/7/2025).
Dr Marwan dikenal sebagai sosok yang berdedikasi tinggi. Ia merupakan satu dari dua dokter jantung yang tersisa di Jalur Gaza.
"Kami sangat terpukul. Dia tidak tergantikan," ucap dr Mohammed Abu Selmia, Direktur RS al-Shifa di Gaza.
"Ribuan pasien penyakit jantung akan kesulitan tanpa kehadirannya. Satu-satunya kesalahan dia adalah menjadi seorang dokter," tambah Abu Selmia.
Sebelum wafat, dr Marwan sempat mengungkapkan situasi sulit yang dihadapi tenaga medis di RS Indonesia. Dalam wawancara dengan media asing awal Juni, ia menyebutkan bahwa rumah sakit kewalahan menangani korban akibat intensitas serangan udara yang tinggi.
Data PBB mencatat, sejak perang meletus kembali pada Oktober 2023, lebih dari 1.400 tenaga kesehatan di Gaza dilaporkan tewas. Mereka tewas saat bertugas, saat membawa pasien dengan ambulans, bahkan saat berlindung di rumah dan tempat pengungsian.
Hanya pada hari pertama Idulfitri lalu (6 Juni 2025), 9 tenaga medis tewas dalam serangan di wilayah utara Gaza. Mereka sedang berlindung bersama keluarganya saat bom menghantam permukiman.
Kepala layanan ambulans Gaza utara, Fares Afana, juga kehilangan putranya yang berprofesi sebagai paramedis. Bara’a tewas saat sedang mengevakuasi korban luka di kawasan Al-Tuffah, Kota Gaza, pada 9 Juni lalu.
"Mereka diserang secara langsung. Pemandangannya sangat mengenaskan," kata Afana.
Baca Juga : 21.992 Peserta JKN PBI di Situbondo Dinonaktifkan, BPJS: Bisa Kembali Aktif dengan Syarat Ini
Ia menyayangkan kurangnya perhatian dunia internasional terhadap penargetan tenaga medis di Gaza. "Jika dunia bereaksi saat serangan terhadap petugas medis pertama kali terjadi, mungkin ini tidak akan terus berulang," ujarnya.
Tak hanya korban jiwa, ratusan tenaga kesehatan Palestina juga dilaporkan ditahan oleh otoritas Israel. Lembaga kemanusiaan MedGlobal menyebutkan lebih dari 300 tenaga medis kini berada dalam tahanan, termasuk dr Hussam Abu Safiya, Direktur RS Kamal Adwan yang ditahan sejak Desember 2024.
Beberapa dari petugas medis yang ditahan dilaporkan mengalami penyiksaan, pemukulan, dan belum mendapatkan proses hukum yang jelas. Banyak pula yang ditahan tanpa dakwaan resmi.
Organisasi Insecurity Insight mencatat, sebagian besar petugas medis yang tewas terjadi saat mereka menjalankan tugas. Baik itu di rumah sakit, ambulans, atau lokasi pengungsian yang seharusnya menjadi tempat aman.