free web hit counter
Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Komunitas Keris Tolak 19 April Hari Keris Nasional, Luncurkan Petisi Dukung 25 November

Penulis : Bambang Setioko - Editor : Yunan Helmy

13
×

Rencana Rilis PlayStation 6 Berpotensi Terungkap, Berkat Microsoft

Share this article
Stik Playstation
Tolak penetapan Hari Keris Nasional, sejumlah komunitas keris, empu muda, budayawan, serta mahasiswa pecinta tosan aji dari berbagai daerah menggelar aksi damai di beberapa titik strategis Kota Malang. (foto : (Istimewa)

JATIMTIMES — Penetapan 19 April sebagai Hari Keris Nasional oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon, yang juga menjabat sebagai ketua SNKI (Serikat Nasional Keris Indonesia), memicu gelombang penolakan dari berbagai elemen pelestari budaya. 

Organisasi nasional Senapati Nusantara bersama komunitas empu, perajin, budayawan, dan generasi muda perkerisan menyuarakan sikap tegas: menolak 19 April sebagai Hari Keris Nasional. Sebaliknya,mereka kukuh bahwa Hari Keris Nasional jatuh pada 25 November.

Baca Juga : Pembalap AHRT Gerry Salim Ramaikan HDC Tour di SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen

“Tolak 19 April, tegakkan 25 November sebagai Hari Keris Nasional yang sah dan bermartabat," bunyi keputusan mereka.

Aksi Damai di Malang, Spanduk Budaya Ditegakkan

Di Kota Malang, aksi simbolik digelar oleh jaringan komunitas keris dari berbagai daerah, Minggu (20/4/2025). Mereka memadati area sekitar Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, membawa spanduk bertuliskan:“Keris Bukan Milik Organisasi, tapi Warisan Bangsa” dan “Tolak 19 April – Hormati 25 November”.

Aksi ini diisi dengan pembacaan Piagam Marwah Keris Nusantara, edukasi publik, serta orasi kebudayaan yang menggetarkan dari Riski Maulana, insan muda perkerisan sekaligus koordinator aksi.

“Saya hanya seorang anak muda yang mencintai makna di balik bilah. Bukan bentuknya yang membuat saya bertahan, tapi nilainya. Dan karena itu saya menolak 19 April,” ucap Riski di depan peserta aksi.

“UNESCO mengakui keris Indonesia pada 25 November 2005. Itu bukan seremoni, itu sejarah. Kalau negara ini jujur pada sejarahnya, maka 25 November adalah jawabannya," ujar dia.


Senapati Nusantara: Ini Bukan Tentang Simbol, tapi Soal Sejarah

Sementara itu, dari Jakarta, Wakil Sekretaris Jenderal Senapati Nusantara Nurjianto menyatakan bahwa keputusan menetapkan 19 April cacat secara moral dan historis karena berpijak pada hari ulang tahun organisasi, bukan pada tonggak sejarah budaya nasional.

“Kami tidak anti-Hari Keris Nasional, tapi kami menolak sejarah diganti menjadi hari lahir lembaga. Keris diakui dunia oleh UNESCO pada 25 November 2005. Itu dasar yang sah, bukan agenda seremoni,” tegas Nurjianto.


Petisi Nasional Diluncurkan: Dukung 25 November!

Baca Juga : 10 Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa, Ada Jumbo hingga Pabrik Gula yang Berpotensi Masuk

Sebagai bentuk perlawanan kultural yang terukur, Senapati Nusantara secara resmi meluncurkan petisi nasional berjudul “Tolak 19 April, Tegakkan 25 November sebagai Hari Keris Nasional” di laman change.org.

“Para Senapati Nusantara, saatnya kita bangkit!” seru ajakan dalam petisi tersebut. “Dengan petisi ini kita menolak 19 April sebagai Hari Keris Nasional. Bisakah kamu menambahkan tanda tanganmu untuk mendukung 25 November sebagai Hari Keris Nasional?”

Tautan Petisi:
https://chng.it/L5f7KWZQSC

Dukungan Terus Meluas

Penolakan terhadap 19 April juga muncul di berbagai kota lain seperti Yogyakarta, Solo, Sumenep, dan Banjarmasin. Komunitas-komunitas keris daerah turut membentangkan tagar #Tolak19April, #HariKerisNasional25November, dan #KerisUntukBangsa sebagai bentuk konsolidasi narasi budaya secara nasional.

“Keris adalah pusaka. Tapi lebih dari itu, keris adalah nurani bangsa. Maka jangan matikan nurani kami hanya karena engkau punya kuasa,” pungkas Riski Maulana dengan suara penuh keyakinan.