JATIMTIMES - Kasus dugaan pemerkosaan terhadap seorang mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) Malang masih menjadi sorotan publik. Pelaku diduga adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang berinisial IPF. Parahnya, kejadian ini terjadi saat korban diajak minum minuman keras (miras) di kontrakan pelaku.
Mulanya pengakuan datang dari video klarifikasi IPF yang tersebar luas di media sosial. Dalam video tersebut, IPF menyatakan bahwa ia melakukan tindakan pemerkosaan dalam kondisi sadar saat korban dalam keadaan mabuk dan sedang haid.
“Kronologi mengajak dia datang ke kontrakan saya mengajak dia mabuk. Lalu melakukan pemerkosaan tanpa persetujuan di saat korban haid dan tepar. Saya melakukannya dalam keadaan sadar pada 9 April 2025,” ungkapnya IPF dalam video yang beredar pada Minggu (13/4/2025).
Kasus ini lantas membuka diskusi luas tentang bahaya konsumsi minuman keras, terutama di kalangan remaja dan dewasa.
Miras bukan sekadar minuman beralkohol biasa. Jika dikonsumsi secara berlebihan, ia bisa mengubah kepribadian seseorang, menghilangkan kesadaran, dan bahkan memicu tindakan kriminal, seperti yang terjadi dalam kasus IPF ini.
Salah satu dampak serius dari mabuk adalah black out atau hilangnya kesadaran tanpa disadari. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai lesap ingatan. Otak kehilangan kemampuannya untuk menyimpan memori karena terganggunya kerja hipokampus akibat paparan alkohol.
“Kondisi ini seperti jeda dalam pita film,” ujar Aaron White dari Institut Nasional AS tentang Penyalahgunaan Alkohol dan Alkoholisme, dikutip dari BBC Future.
Uniknya, orang yang sedang mengalami black out tetap bisa terlihat normal, mampu berbicara, berjalan, bahkan melakukan tugas-tugas sederhana. Tapi hanya dalam waktu singkat, semua itu terlupakan seolah tak pernah terjadi.
Sebuah studi terhadap lebih dari 1.000 mahasiswa menemukan bahwa 66,4 persen pernah mengalami black out setidaknya sekali. Sementara itu, dalam penelitian lain terhadap 4.600 peserta, sebanyak 52 persen pria dan 39 persen wanita mengaku pernah mengalaminya. Bahkan 21 persen pria dan 11 persen wanita pernah mengalami tiga kali atau lebih dalam setahun.
Faktor genetik juga mempengaruhi. Anak dari orang tua yang kecanduan alkohol, khususnya sang ibu, disebut dua kali lebih rentan mengalami black out, terutama jika anaknya laki-laki.
Remaja dan dewasa muda menjadi kelompok paling rentan. Otak mereka belum sepenuhnya berkembang, dan kerusakan akibat alkohol bisa berdampak jangka panjang. Bahkan, black out disebut sebagai faktor utama yang memicu pelanggaran hukum, kerusakan properti, dan perilaku seksual yang disesali.
Dalam banyak kasus, perempuan yang mengalami black out berisiko lebih besar menjadi korban kekerasan seksual.
Bahaya Miras Menurut Dokter
Tak hanya dari sisi perilaku, bahaya miras juga mengancam dari sisi medis. dr Tirta Mandira Hudhi menjelaskan bahwa alkohol terbagi menjadi dua jenis utama, yakni etanol dan metanol. Etanol adalah kandungan utama dalam miras biasa, sementara metanol kerap ditemukan dalam miras oplosan dan sangat mematikan.
“Kalau keracunan metanol bisa menyebabkan gagal napas, paru-paru bermasalah, sehingga kita kesulitan untuk berputar oksigen dan menghambat kerja otak, hingga terjadi kematian,” jelas dr Tirta, dikutip dari Instagram pribadinya @dr.tirta.
Efek etanol sendiri tak kalah berbahaya. Mulai dari penglihatan kabur, refleks menurun, kehilangan keseimbangan hingga gagal napas bisa terjadi jika dikonsumsi berlebihan.
“Orang kalau sudah mabuk atau kebanyakan alkohol sebisa mungkin nggak nyetir, karena sudah kehilangan 3 indera, penglihatan blur, refleks blur, dan udah nggak bisa konsentrasi, keseimbangan kita juga nggak bagus,” tambahnya.
Sementara itu, dr Heru Wijono, SpPD, dokter spesialis penyakit dalam RS Ubaya menegaskan bahwa konsumsi alkohol dalam jangka panjang bisa merusak liver, menyebabkan pendarahan otak, hingga kematian.
"Jika kadarnya rendah, tetapi jumlah minumannya banyak, hasilnya tetap saja membuat penimbunan alkohol di dalam tubuh," ungkap dr Heru.
Efek awal bisa berupa kantuk dan hilang konsentrasi. Dalam level tinggi, mulai muncul gangguan bicara, muntah yang berisiko terhirup ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia, bahkan gagal napas akut. Dalam kasus lebih parah, alkohol bisa menyebabkan gagal ginjal hingga koma.
“Kalaupun sebagian dimuntahkan atau dikeluarkan dengan disedot lewat alat medis seperti suction, sebagian yang masuk ke dalam paru-paru menimbulkan radang paru (pneumonia),” pungkas dr. Heru.
Mahasiswi UB Diperkosa Mahasiswa UIN saat Mabuk, Begini Bahaya Miras Versi Dokter
Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy
admin
1 min read
