JATIMTIMES - Bergelut di bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKKM) sepuluh tahun terakhir menjadi tantangan tersendiri bagi Sustika Nuri Sumiarwaji dalam mengembangkan usahanya, yakni susu pasteurisasi. Terlebih banyaknya pesaing membuat perempuan yang akrab disapa Tika ini jatuh bangun untuk bisa terus eksis.
Tepatnya 2015 silam, Tika mulai menjajal terjun di dunia UMKM. Bermula banyaknya susu sapi segar di Kota Batu, Tika ingin membuat susu pasteurisasi yang pas di lidah dan sehat untuk bisa dinikmati masyarakat dan wisatawan dengan kemasan yang eye catching.
Baca Juga : Delapan Pejabat Tinggi Pratama Pemkot Batu Dirotasi
“Di Kota Batu ini banyak susu sapi. Kemudian tercetus membuat susu sapi pakai botol-botol cantik,” ujar Tika, Senin (17/2/2025).
Meski saat itu penjual susu pasteurisasi cukup banyak di pinggir jalan. Namun Tika tetap memantapkan keinginannya mengembangkan usaha susu pasteurisasi.
“Aku coba- coba sendiri untuk mencari rasa yang pas. Apalagi lumayan banyak yang jualan di pinggir jalan, jadi membandingkan lewat orang jualan,” imbuh perempuan 33 tahun ini.
Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya Tika merasa puas dengan racikan buatannya sendiri. Ada rasa vanila, stoberi, coklat, melon. Hingga saat ini bahan baku susu segar dibeli dari peternak di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji.

“Dari segi rasa lebih premium dari yang lainnya yang pernah saya coba. Rasanya ini mirip seperti kayak es krim,” terang warga Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu ini.
Dengan pemilihan botol bowling agar susu tampak eye catching yang dikemas dalam dua ukuran. Yakni 350 mililiter dan 120 mililiter. Kemudian ia menamakan produknya Radja Susu. Sesuai dengan namanya, logo sapi mengenakan mahkota diletakkan pada bagian bawah botol.
Tika pun mulai menjajakan susu pasteurisasi dari sekolah ke sekolah. Saat itu Tika masih menjadi guru, dari situ ia menawarkan kepada guru maupun siswa di sekolah tersebut.
Saat weekend, Tika mencoba memasarkannya keliling vila di Kota Batu. Melihat saat akhir pekan banyak wisatawan yang datang untuk menginap dan berwisata.
Dengan penuh semangat mengenalkan produknya, meski saat itu sedang hamil besar Tika tetap keliling bersama suaminya Lingga Galih Permadi dari pintu ke pintu. Dari kegetolannya mempromosikan produknya, mulai banyak wisatawan yang menjadi langganannya.
Langganannya pun saat ini sudah dari berbagai daerah berkat kerja kerasnya, ada dari Jakarta, Jogjakarta, Surabaya dan daerah Jawa Timur. Bahkan setiap dua minggu sekali buka pre-order.
“Kalau awal-awal itu produksi 20 liter sekarang bisa sampai 80 liter. Tapi tergantung dari permintaan juga,” ujar ibu dua anak ini.
Baca Juga : 15 Bulan Menjabat, Pj Wali Kota Kediri Pamitan Saat Apel Bersama di Sekretariat Daerah Kota Kediri
Tak hanya itu saja, ia juga mulai memasarkan di berbagai tempat. Mulai dari warung, toko bunga, hingga di salah satu supermarket ternama. Untuk bisa masuk di sana pun, berbagai persyaratan juga harus dilengkapi, mulai dari sertifikat halal dan logo halal dan sebagainya.
Menurutnya, susunya ini bisa tahan satu Minggu jika diletakkan di dalam kulkas. Tapi jika dimasukkan di dalam freezer bisa tahan lebih lama.
Meski demikian, kini persaingan pelaku usaha susu pasteurisasi dirasa Tika semakin berat. Mulai dari harga susu sapi segar per liternya Rp 10 ribu hingga persaingan harga susu pasteurisasi.
“Naiknya bertahap, tapi saya tidak naikan harganya dan tetap menjaga kualitas rasa. Tapi setelah harga susu sapi segar Rp 10 ribu, mau gak mau juga harus dinaikkan,”terang Tika.
Ya sebelumnya Tika menjual seharga Rp 10 ribu untuk saru botol 350 mililiter, kini jadi Rp 15 ribu. Namun banyak pelaku usaha lainnya yang menjual di bawah harganya.
“Karena gak mau mengecewakan pelanggan akhirnya ya harus menaikkan harganya dengan tidak mengurangi susu dan bahan-bahannya,” tambah perempuan yang juga penulis naskah sinetron ini.
Tika pun berharap ke depan, usahanya ini bisa terus berkembang serta konsisten dengan rasa yang sudah dibuatnya. Dan pelanggannya semakin banyak.