Serangan Fajar di Demung: Ketika Karaeng Galesong Hancurkan Armada Mataram
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
28 - Jun - 2025, 05:40
JATIMTIMES - Pada suatu fajar di pertengahan tahun 1676, di tepian Demung yang sunyi namun strategis di pesisir timur Jawa, tercatat sebuah tragedi militer terbesar yang pernah dialami oleh armada laut Mataram. Sejarah mencatatnya dalam tinta merah darah dan bara kebakaran: serangan mendadak Karaeng Galesong dan laskar Makassar yang menggulung pasukan gabungan Mataram dan sekutu Eropa dalam kehancuran nyaris total.
Peristiwa ini merupakan fragmen penting dalam kronik panjang konflik pemberontakan Trunajaya dan mencerminkan keretakan mendalam dalam tubuh militer dan politik Mataram pada dekade terakhir abad ke-17.
Baca Juga : Jalur Malang-Lumajang Tertimbun Longsor
Berdasarkan sumber-sumber primer seperti Babad Blambangan Pesisiran jilid XI (hlm. 68–72), Meinsma Babad, dan Serat Kandha, serangan Karaeng Galesong merupakan respons strategis terhadap upaya Mataram yang, sejak Maret 1676, tengah menyusun armada besar. Berdasarkan Daghregister VOC (16 April dan 18 April 1676), diketahui bahwa Sunan Amangkurat I merestui pengiriman armada besar dari Jepara dan pesisir utara untuk menghadang gerak pemberontak Trunajaya dan sekutunya, Karaeng Galesong.
Armada ini terdiri dari tidak kurang dari 40 perahu layar, diperkuat oleh pasukan dari Jepara, Surabaya, Semarang, serta kontingen Eropa dari Kompeni Belanda, Ambon, dan Ternate. Pemimpinnya antara lain adalah Raden Prawirataruna, Pangeran Wirabumi, dan Tumenggung Suramenggala.
Namun, sejak awal ekspedisi, tanda-tanda keretakan internal dan kelemahan koordinasi telah nyata. Kiai Rangga Sidayu bersikap plin-plan, dan para panglima Jawa terbukti kurang disiplin dan lamban dalam mempersiapkan perahu maupun strategi. Kegusaran Couper, residen VOC, bahkan memuncak dalam teguran tajamnya: “Apa lagi yang ditunggu, Tuan? Apakah Tuan ingin kami mintakan perintah kedua dari Sunan?”
Puncak tragedi terjadi ketika Raden Prawirataruna, tanpa menunggu koordinasi penuh dengan pasukan sekutu, mendarat lebih dahulu di pantai Demung. Menurut Serat Kandha (hlm. 1017–1020), ia memimpin prajurit Mataram yang telah bersenjata api, namun jumlahnya tidak besar. Sementara itu, laskar Makassar di bawah komando Karaeng Galesong telah siap siaga di garis belakang. Melihat momen ideal, pasukan Makassar menyerang secara tiba-tiba.
Dalam hitungan jam, pertempuran berubah menjadi pembantaian. Pasukan Mataram kocar-kacir...