Gus Muwafiq: Bung Karno adalah Lalu Lintas Gagasan Bangsa
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Nurlayla Ratri
21 - Jun - 2025, 11:45
JATIMTIMES — Di tengah suasana khidmat Haul Bung Karno ke-55 yang digelar di Perempatan PGSD Kota Blitar pada Jumat malam, 20 Juni 2025, sebuah ceramah yang menggugah kesadaran kebangsaan disampaikan oleh KH. Ahmad Muwafiq, atau yang akrab dikenal sebagai Gus Muwafiq. Dalam pengajian akbar yang menjadi puncak acara haul tersebut, Gus Muwafiq menyampaikan tafsir kebangsaan yang merujuk pada pemikiran dan kiprah Bung Karno sebagai figur yang merangkum denyut zaman dan menyatukan gagasan lintas sektor kehidupan bangsa.
Gus Muwafiq mengajak masyarakat untuk tidak melupakan para leluhur dan pembawa iman, sebagaimana Rasulullah yang memiliki jejak historis dari Nabi Ibrahim di tanah Makkah. Ia menyebutkan bahwa bangsa Indonesia memiliki keistimewaan karena berhasil meraih kemerdekaan melalui perang melawan penjajah, bukan dengan konsesi politik.
Baca Juga : Marak Transaksi Ilegal Penyewaan Kios Kosong di Pasar Induk Among Tani, Wawali: Bisa Kita Tindak!
“Belanda itu salah karena ngajak gelut (berkelahi),” ucap Gus Muwafiq dengan gaya khasnya yang santai namun tajam. Ia mencontohkan pertempuran Surabaya sebagai simbol bahwa bangsa ini tidak bisa ditundukkan dengan kekuatan senjata. “Suruboyo, kalah cacak menang cacak. Kita ini tukang gelut. Jadi jangan diajak kelahi,” imbuhnya, disambut tawa dan tepuk tangan jamaah.
Dalam konteks sejarah dan pemikiran, Gus Muwafiq menempatkan Bung Karno sebagai tokoh revolusioner yang tidak hanya membaca zaman, tapi juga merangkum zaman. Menurutnya, seluruh dinamika masa lalu—dari sejarah, musik, budaya, sampai paham keagamaan—semua diolah dan dikaji oleh Bung Karno dalam gagasan besar kenegaraan.
“Bung Karno itu bukan hanya memikirkan politik. Musik ‘ngak ngek ngok’ saja dia pikir. Elvis Presley juga dipikir. Islam sontoloyo pun dia respons. Artinya, Bung Karno itu tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Selalu bangsa dan masa depan,” tutur Gus Muwafiq dengan nada reflektif.
Ia menekankan bahwa Bung Karno adalah figur yang mampu menampung semua lalu lintas gagasan, dari politik, ekonomi, budaya, hingga agama. Sosoknya ibarat simpul besar dari Nation State—negara bangsa—yang butuh struktur pemikiran paling mapan agar bisa menjadi ruang dialog seluruh elemen masyarakat.
“Kiai hanya ngomong agama. Politisi hanya ngomong politik. Budayawan hanya ngomong budaya. Tapi Bung Karno, dia bisa menjadi tempat berjalannya semua itu sekaligus. Dia adalah lalu lintas gagasan bangsa,” ujarnya...