Senapati vs Jaka Tingkir: Amarah, Cinta, dan Tumbangnya Pajang
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
19 - Jun - 2025, 09:23
JATIMTIMES - Akhir abad ke-16 menandai masa transisi yang penuh gejolak dalam lanskap politik Jawa. Dinasti Pajang, yang dibentuk oleh Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya), mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan, terutama setelah wafatnya raja pendiri itu.
Dalam suasana penuh ketegangan dan pertarungan kekuasaan antar bangsawan, muncul sosok Panembahan Senapati dari Mataram, seorang bangsawan muda nan ambisius yang kelak menjadi pendiri Dinasti Mataram Islam.
Baca Juga : Kalender Jawa Weton Kamis Pahing 19 Juni 2025: Karakter, Rezeki, hingga Jodoh
Konflik antara Senapati dan Pajang bukan semata benturan ambisi politik, melainkan juga lahir dari jalinan kisah cinta dan aib keluarga istana yang kemudian dimanipulasi menjadi pemantik perang. Artikel ini membedah akar-akar konflik tersebut melalui pendekatan dokumenter-historiografis, berpijak pada sumber utama seperti Babad Tanah Djawi, Serat Kandha, dan Sadjarah Banten.
Raden Pabelan dan Putri Sultan: Romantisme Berbuah Petaka
Kisah dimulai dari skandal asmara antara Raden Pabelan, putra Tumenggung Mayang, dan Ratu Sekar Kedaton, salah satu putri Sultan Hadiwijaya.
Raden Pabelan dikenal sebagai pemuda tampan namun gemar merayu wanita. Ayahnya, Tumenggung Mayang, yang putus asa dengan perilaku anaknya, menantangnya untuk memikat hati Putri Sekar Kedaton.
Dalam versi Babad Tanah Djawi (Meinsma, hal. 86-90), Raden Pabelan digambarkan sebagai pemuda tampan namun ceroboh, yang jatuh cinta pada sang putri keraton. Ia mengirimkan bunga cempaka harum bersama surat cinta melalui abdi bernama Soka. Cintanya bersambut.
Melalui rekayasa magis ayahnya, Pabelan berhasil menyelinap ke dalam keraton. Selama tujuh hari tujuh malam ia bercumbu rayu dengan sang putri. Namun kebahagiaan itu berumur pendek. Pelayan istana melaporkan kejadian itu pada Sultan. Diperintahkanlah dua panglima—Wirakerti dan Suratanu—untuk menangkap Pabelan. Ia dibunuh secara licik dan jenazahnya dibuang ke Sungai Laweyan. Tumenggung Mayang, ayah Raden Pabelan, kemudian diasingkan ke Semarang.
Ketika berita pembuangan Tumenggung Mayang ke Semarang sampai ke Mataram, Senapati naik pitam. Iparnya tidak hanya dipermalukan, tetapi juga hendak disingkirkan secara permanen. Senapati segera memerintahkan mantri-mantri pamajegan untuk menyergap iring-iringan pengawal Pajang yang membawa Tumenggung Mayang.
Penyergapan terjadi di Jatijajar, dekat Ungaran...