Peneliti Ungkap Konten Kesehatan Mental di TikTok Hoaks, Kok Bisa?
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Dede Nana
02 - Jun - 2025, 11:12
JATIMTIMES - TikTok menjadi tempat banyak orang mencari informasi seputar kesehatan mental. Namun, sebuah investigasi terbaru mengungkap bahwa lebih dari separuh video populer bertema kesehatan mental di platform tersebut justru memuat informasi yang salah.
Dikutip dari The Guardian, Senin (2/6/2025), investigasi terhadap 100 video teratas dengan tagar #mentalhealthtips menemukan bahwa 52 di antaranya menyebarkan informasi keliru.
Baca Juga : Dispangtan Kota Malang Sebar 65 Petugas, Pastikan Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha
Video-video ini dinilai mempromosikan saran yang tidak berdasar, suplemen yang belum terbukti secara ilmiah, dan klaim penyembuhan instan yang menyesatkan.
Beberapa saran aneh yang ditemukan antara lain menyarankan makan jeruk saat mandi untuk mengurangi kecemasan, meminum suplemen seperti saffron dan magnesium glycinate, hingga metode penyembuhan trauma dalam waktu satu jam.
Ada juga konten yang menganggap pengalaman emosional normal sebagai gejala gangguan kepribadian atau bentuk kekerasan.
Dr. David Okai, konsultan neuropsikiater dan peneliti di King’s College London, mengungkap banyak video mencampuradukkan istilah seperti wellbeing, anxiety, dan mental disorder. Hal ini, menurutnya, bisa menimbulkan kesalahpahaman soal apa sebenarnya yang termasuk gangguan mental.
“Beberapa video juga memberikan nasihat berdasarkan pengalaman pribadi yang sangat terbatas dan belum tentu berlaku bagi semua orang,” ujarnya.
Okai menambahkan, konten-konten tersebut kerap menyederhanakan terapi. “Padahal terapi memang terbukti efektif, tapi bukan sulap, bukan solusi instan, dan jelas bukan metode satu untuk semua,” katanya.
Amber Johnston, psikolog yang terakreditasi British Psychological Society, juga mengkritisi video-video yang membahas trauma. Menurutnya, kebanyakan hanya mengambil satu bagian kecil dari fakta dan menyamaratakan pengalaman PTSD.
“Setiap video menganggap semua orang mengalami PTSD dengan gejala yang sama dan bisa dijelaskan dalam 30 detik. Padahal kenyataannya, gejala trauma itu sangat individual dan hanya bisa dipahami melalui bantuan profesional yang terlatih,” ucapnya.
Ia menegaskan, penyebaran klaim seperti "tips rahasia menyembuhkan trauma" justru bisa membuat penonton merasa gagal ketika saran tersebut tidak berhasil...