Sentot Alibasyah Prawirodirdjo: Senopati Diponegoro yang Lahir dari Bara Api Revolusi
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
16 - May - 2025, 03:20
JATIMTIMES - Dalam sejarah perang besar yang melibatkan kolonialisme dan perlawanan Nusantara, nama Sentot Alibasah Abdul Mustopo Prawirodirdjo berdiri sebagai monumen hidup keberanian dan strategi militer. Ia bukan hanya sekadar panglima, tetapi juga seorang anak revolusi yang dibentuk oleh gelombang perlawanan sejak dalam kandungan.
Lahir dengan nama Raden Bagus Sentot di istana Maospati, ia kemudian dikenal sebagai Pangeran Alibasah Abdul Mustopo Prawirodirdjo. Ia adalah putra dari Raden Ronggo Prawirodirdjo III, seorang wedana bupati Madiun yang menjadi salah satu pilar perlawanan terhadap pemerintahan kolonial.
Baca Juga : 7 Tanaman Obat untuk Sesak Napas Alami yang Terbukti Efektif
Ibunya, Nyimas Ageng Genosari, adalah seorang selir. Dari jalur ayahnya, darah kebangsawanan bercampur dengan api pemberontakan, menjadikannya takdir hidupnya tak terelakkan: ia harus menjadi pemimpin perang.
Sebagai keturunan bupati yang berkuasa di Mancanegara Timur, Sentot tumbuh dalam lingkungan politik yang keras dan militeristik. Selain itu, ia memiliki hubungan erat dengan Sultan Hamengkubuwono I, karena kakeknya, Raden Ronggo Prawirodirdjo I, adalah wedana bupati Madiun sekaligus panglima kepercayaan sang sultan dalam Perang Suksesi Jawa III. Garis keturunan ini menempatkan Sentot di pusat dinamika politik Yogyakarta dan perjuangan melawan kolonialisme.
Namun, akar keberanian Sentot bukan hanya berasal dari darah biru yang mengalir dalam tubuhnya, tetapi juga dari didikan keras dalam istana Yogyakarta, tempatnya dibesarkan. Istana pada waktu itu bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga kawah candradimuka tempat lahirnya para pemimpin perang yang akan menjadi penggerak utama Perang Jawa (1825–1830).
Asal-Usul Keluarga: Garis Keturunan dan Tradisi Kepemimpinan
Untuk memahami karakter dan militansi Sentot, kita harus menggali lebih dalam akar sejarah keluarganya. Kakek buyut Sentot, Raden Ronggo Prawirodirdjo I, menikahi adik Sultan Hamengkubuwono I, sementara sang sultan sendiri memperistri Roro Juwati, adik Ronggo, yang kemudian bergelar Ratu Ageng Tegalrejo. Selain menjadi pengasuh Pangeran Diponegoro, Ratu Ageng juga ahli dalam ilmu perang dan turut bertempur dalam Perang Suksesi Jawa III.
Di generasi berikutnya, Raden Ronggo Prawirodirdjo II, bupati-wedana Mancanegara Timur, mempererat hubungan dengan Keraton Yogyakarta melalui pernikahannya dengan putri Sultan Hamengkubuwono I...