Negosiasi di Balik Giyanti: Saat Pangeran Sambernyawa Hampir Menjadi Susuhunan Surakarta
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
15 - May - 2025, 09:15
JATIMTIMES -Dalam sejarah panjang Kerajaan Mataram pasca-tragedi pemberontakan dan perpecahan istana, terdapat satu momen krusial yang nyaris mengubah konfigurasi kekuasaan di tanah Jawa: saat Pangeran Sambernyawa, atau Raden Mas Said, hampir menjadi Susuhunan Surakarta. Sebuah kisah yang berlapis antara pengasingan, jenazah yang kembali dari negeri seberang, diplomasi politik dengan Kompeni, dan kompleksitas legitimasi dinasti yang disulam dalam bayang-bayang ketakutan VOC.
Artikel ini menelusuri dengan seksama dinamika antara Pangeran Sambernyawa, Kompeni, dan Istana Surakarta pada awal dekade 1750-an, berdasarkan sumber-sumber primer seperti arsip VOC, Babad Giyanti, dan surat-menyurat pejabat tinggi Belanda.
Jenazah yang Menjadi Simbol Politik
Baca Juga : Ketika Jipang Runtuh: Jejak Konflik Arya Penangsang vs Pajang dalam Arsip Kolonial
Pada 1751, Pakubuwana III menyurati VOC agar jenazah Pangeran Aria Purbaya—paman sang raja, yang telah lama dibuang ke Sri Lanka karena keterlibatannya dalam pemberontakan—dipulangkan ke tanah Jawa. Permintaan ini disertai pula dengan permohonan agar jenazah Pangeran Arya Mangkunegara, ayahanda Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa), dipulangkan bersama anggota keluarga mereka yang masih hidup. Sekilas tampak sebagai langkah sederhana, namun di mata VOC, permintaan ini mengandung potensi ancaman dan menimbulkan kecemasan.
Para pejabat VOC di Semarang curiga akan niat di balik pemulangan keluarga eksil ini. Mereka mengamati bahwa di antara rombongan terdapat saudari kandung Sambernyawa, dan mencurigai kemungkinan Sambernyawa akan menyambut mereka lalu merekrut pihak-pihak yang berpotensi memantik kembali konflik terbuka terhadap kekuasaan Surakarta dan Kompeni. Lebih mencemaskan lagi, turut serta pula seorang putra mantan Patih Natakusuma, tokoh yang dibuang sejak 1742, yang dianggap dapat menjadi elemen berbahaya bila jatuh dalam pengaruh Sambernyawa.
Pada Februari 1753, jenazah Pangeran Arya Mangkunegara tiba di Semarang, diiringi oleh Pangeran Tirtakusuma—kakak kandung Raden Mas Said—yang sebelumnya tinggal di Batavia dan turut serta dalam rombongan pemulangan. Kedatangan ini berlangsung tanpa pemberitahuan resmi kepada Gubernur VOC di Semarang, Van Hohendorff. Meski sempat terkejut, Van Hohendorff melihat kesempatan strategis dalam situasi tersebut...