Perkawinan Politik dan Konspirasi Berdarah: Trunajaya, Karaeng Galesong, dan Pemberontakan 1675–1676
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
11 - May - 2025, 01:47
JATIMTIMES - Dalam pusaran krisis legitimasi dan kekuasaan yang menggetarkan istana Mataram pada paruh kedua abad ke-17, sejarah mencatat sebuah aliansi berdarah yang menjadi salah satu katalis pemberontakan terbesar melawan kekuasaan pusat Jawa: konspirasi antara Raden Trunajaya dan Karaeng Galesong.
Aliansi ini tidak semata bersifat militer, melainkan dipatri dalam ikatan perkawinan politik yang mengguncang tatanan lama. Peristiwa ini berlangsung dalam atmosfer perpecahan internal Mataram dan luka kolonial pasca-perang Makassar.
Baca Juga : Raden Mas Guntur: Pemberontak, Cicit Amangkurat III, Menantu Sambernyawa
Aliansi ini bukan sekadar tindakan oportunistik, melainkan hasil dari konstelasi geopolitik luas yang melibatkan eksil Makassar, ketidakstabilan Jawa, dan ambisi keluarga kerajaan.
Menurut laporan Piero, seorang utusan Belanda, pada 10 Februari 1675, Raden Trunajaya – yang kala itu telah menyandang gelar Panembahan Maduretno – menyatakan pernah menjalin perjanjian dengan Pangeran Adipati Anom, putra sulung Amangkurat I.
Perjanjian ini, kemungkinan terjadi pada tahun 1670–1671, ditafsirkan sebagai awal dari sebuah koalisi oposisi terhadap raja Mataram. Namun, janji tersebut tak ditepati. Diduga kuat, sang putra mahkota memilih berdamai kembali dengan ayahandanya setelah serangan pertama pasukan eksil Makassar terhadap Gresik dan Surabaya berakhir gagal pada awal 1675 (Daghregister, 20 April 1675).
Dalam konteks ini, Trunajaya bergerak cepat. Ia memberikan kemanakannya – seorang putri bangsawan Madura – kepada Karaeng Galesong sebagai istri. Pernikahan ini tak hanya simbol ikatan darah, tetapi juga kontrak militer-politik: Galesong harus menaklukkan Gresik dan Surabaya untuk kepentingan Trunajaya.
Dari perkawinan ini lahirlah seorang anak pada Januari 1677, sehingga ikatan tersebut kemungkinan telah terjalin sejak akhir 1675. Tindakan ini menunjukkan bahwa konspirasi tersebut telah matang sebelum tahun 1676, dan bukan insiden mendadak.
Karaeng Galesong: Kesatria Pelaut dari Gowa, Perlawanan Makassar yang Menyala di Tanah Jawa
Dalam sejarah Nusantara, nama Karaeng Galesong menjadi simbol dari perlawanan lintas wilayah terhadap kekuasaan kolonial Belanda...