Rangkuman Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Diperingati Setiap 2 Mei
Reporter
Mutmainah J
Editor
Yunan Helmy
01 - May - 2025, 07:27
JATIMTIMES - Setiap tanggal 2 Mei, seluruh rakyat Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Meski hari ini bukanlah hari libur nasional, banyak orang yang memperingati Hardiknas.
Hardiknas bukan hanya sekadar tanggal di kalender, melainkan sebuah refleksi tentang bagaimana pendidikan memegang peranan vital dalam kemajuan bangsa.
Baca Juga : Wamendagri Bima Arya Tinjau Potensi Kota Blitar, Dorong Inovasi Wisata dan Ekonomi Kreatif
Momen ini mengingatkan kita akan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan untuk mempersiapkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global.
Rangkuman Sejarah Peristiwa Hari Pendidikan Nasional
Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.
Ia berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta, yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran.
Beliau menamatkan sekolah di ELS (Sekolah Dasar Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) meski tidak ia tamatkan akibat sakit yang dideritanya.
Di masa mudanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai aktivis sekaligus jurnalis pergerakan nasional yang pemberani.
Ia menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Sementara itu, ia sempat bergabung dengan Boedi Oetomo (BO) di Batavia (Jakarta) pada 20 Mei 1908, kemudian keluar dan mendirikan Indische Partij (IP) bersama Cipto Mangunkusumo serta Ernest Douwes Dekker pada 25 Desember 1912. Mereka dikenal sebagai Tiga Serangkai.
Melalui tulisan-tulisannyalah, beliau menyampaikan kritik terkait pendidikan di Indonesia yang kala itu hanya boleh dinikmati oleh para keturunan Belanda dan orang kaya saja.
Dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern (1986) karya Abdurrachman Surjomihardjo, Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda sejak 1913 karena tulisannya yang dianggap menghina pemerintah.
Melalui Ki Hajar Dewantara, kata “Indonesia” dipakai di kancah internasional untuk kali pertama. Hal itu ia lakukan saat mendirikan kantor berita dengan nama Indonesische Persbureau di Den Haag.
Di sisi lain, ia juga bergabung dengan Indische Vereeniging (IV) ketika di Belanda...