Pakubuwana X dan Surakarta Istimewa: Mengantar Indonesia ke Gerbang Kemerdekaan

Reporter

Aunur Rofiq

Editor

A Yahya

28 - Apr - 2025, 05:07

Ilustrasi Susuhunan Pakubuwana X berdiskusi secara serius dengan dr. Radjiman Widyodiningrat mengenai arah perjuangan bangsa. Dalam suasana penuh khidmat, Sang Raja memberikan wejangan dan pandangan strategis untuk mendukung lahirnya kesadaran nasional di kalangan pribumi. (Foto: Ilustrasi dibuat oleh JatimTIMES)


JATIMTIMES - Di antara dinamika sejarah bangsa Indonesia, sedikit yang mengingat bahwa Surakarta pernah menyandang status "Daerah Istimewa", sejajar dengan Yogyakarta. Padahal, dari aspek historis, Surakarta memiliki landasan yang kokoh untuk menyandang keistimewaan itu. Sejak 1830, pasca-Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro, Surakarta tumbuh sebagai pusat kebudayaan, kekuasaan, dan kelahiran gerakan nasional. Dari balik tembok Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, para intelektual, tokoh politik, hingga militer ditempa, yang kelak menjadi aktor penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan Republik Indonesia.

Kasunanan Surakarta tidak sekadar menjadi lambang budaya. Di bawah kepemimpinan raja-raja seperti Pakubuwana X, Surakarta memantapkan diri sebagai sentra pergerakan nasional, memainkan peran subtil namun fundamental, menggerakkan rakyat, dan membangun kader bangsa dalam diam, menghindari kecurigaan kolonial, namun tetap konsisten menyiapkan Indonesia merdeka.

Baca Juga : Bubarkan Balap Liar di Kedung Cowek, Polisi Amankan 29 Motor

Pakubuwana X: Raja yang Membaca Zaman

Di antara para raja Nusantara pada masa kolonial, nama Pakubuwana X (1866–1939) menempati tempat istimewa. Dalam sejarah panjang Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sosok beliau menonjol bukan hanya karena durasi kekuasaannya yang mencapai hampir setengah abad, melainkan juga karena kepiawaiannya dalam memadukan tradisi dan modernitas, budaya luhur Jawa dan realitas politik penjajahan Belanda.

Lahir pada 29 November 1866, Pakubuwana X membawa nama kecil Raden Mas Sayidin Malikul Kusno. Ia adalah putra dari Susuhunan Pakubuwana IX dan permaisuri Kanjeng Raden Ayu Kustiyah. Sejak usia dini, tepatnya tiga tahun, Kusno kecil telah dipersiapkan untuk memegang tampuk kekuasaan. Ia dianugerahi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram—sebuah legitimasi dini atas takdirnya sebagai pewaris tahta Surakarta.

Ketika Pakubuwana IX wafat pada 16 Maret 1893, Raden Kusno, yang kala itu telah menginjak usia 26 tahun, diangkat menjadi Susuhunan Surakarta. Prosesi pelantikannya berlangsung pada 30 Maret 1893...

Baca Selengkapnya


Topik

Peristiwa, Surakarta, Yogyakarta, pangeran Diponegoro, kemerdekaan Indonesia,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
Cincin anniversary bukan sekadar perhiasan - ia adalah simbol yang menceritakan perjalanan cinta yang telah dilalui bersama. Mari kita dalami bagaimana Tips Memilih Wedding Anniversary Ring yang tepat untuk moment spesial Anda.

cara simpan tomat
Tips Memilih Bralette