JATIMTIMES - Dalam menghadapi dinamika global yang terus dipengaruhi oleh konflik geopolitik dan krisis kemanusiaan, UIN Sunan Ampel Surabaya akan menjadi tuan rumah konferensi internasional bergengsi bertajuk International Conference on Indonesian Islam: Why Indonesia as a New Center of Muslim Civilization? Reassessing the Role of Indonesian Islam in Shaping the World Future in a Post-War Era pada 26 November 2025 di Sport Center, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Ketua Panitia, Prof. Abd. Muhid, M.Si menyampaikan konferensi ini hadir sebagai respon atas ketidakstabilan global, seperti perang berkepanjangan Rusia–Ukraina serta eskalasi konflik Palestina–Israel.
Baca Juga : Gaun Tatreez dan Cape Al-Aqsa: Penampilan Nadeen Ayoub di Miss Universe 2025 Curi Perhatian
"Situasi tersebut menegaskan urgensi rekonstruksi narasi peradaban yang berlandaskan nilai toleransi, moderasi, perdamaian, dan inklusivitas," ujar pria yang juga Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UINSA Surabaya ini.
Menurut dia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia berhasil menunjukkan model keberagamaan yang moderat, toleran, serta selaras dengan prinsip demokrasi. Konferensi ini bertujuan menegaskan peran strategis Indonesia dalam menawarkan paradigma Islam yang damai, adaptif, dan rahmatan lil alamin kepada dunia internasional.
Konferensi akan menghadirkan tokoh akademik dan pemimpin agama terkemuka, seperti Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA (Menteri Agama RI), Prof. Dr. Ir. H. Sufmi Dasco Ahmad, SH, MH (Wakil Ketua DPR-RI), KH Anwar Iskandar (Ketua Majelis Ulama Indonesia/Wakil Rais ‘Aam PBNU), Prof. Dr. KH. Imam Ghazali Said, MA, Prof. Akh. Muzakki, serta Prof. Greg Barton, Ph.D.
"Mengangkat isu strategis “post-war era”, konferensi ini juga akan membahas nilai-nilai Islam Indonesia dalam membangun rekonsiliasi global, diplomasi moral, dan tata dunia baru yang lebih humanis," kata Muhid.
Baca Juga : Extracive Transparency Day 2025, Pakar dan ESDM Ungkap Ketimpangan di Wilayah Tambang
Rangkaian acara meliputi keynote speech, panel session, serta deklarasi Surabaya Charter. Publik, akademisi, media, dan pemangku kepentingan nasional maupun internasional diundang untuk turut menyimak dan berpartisipasi dalam forum pemikiran global ini.