JATIMTIMES - Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang kembali turun ke akar masyarakat. Lewat program “Psikologi Mengabdi: Goes to 6.4 Pesantren” yang dilepas Jumat (17 Oktober 2025), para akademisi dan mahasiswa bergerak membawa semangat keilmuan dan kesehatan jiwa ke lingkungan santri. Tahun ini, mereka mengusung tema “Canggu di Era Post-Truth: Santri Bahagia, Jiwa Sehat, Ibadah Kuat”, sebagai refleksi komitmen kampus untuk memperkuat mental dan spiritual generasi pesantren.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof. Dr. H. Triyo Supriyatno, M.Ag., menyebut kegiatan ini bukan sekadar bentuk pengabdian, tapi juga panggilan moral akademisi terhadap akar tradisi santri. “Tema tahun ini menegaskan bahwa kebahagiaan, kesehatan jiwa, dan kekuatan ibadah adalah pondasi hidup santri. Walaupun kita para pendidik, hakikatnya kita juga santri, manusia yang harus terus bahagia dalam segala situasi,” ujarnya.
Baca Juga : Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Yai Mim: Sahara Serahkan Bukti Video ke Polisi
Menurutnya, bahagia bukan berarti tanpa ujian. Justru dalam keimanan yang kokoh, kebahagiaan akan tumbuh meski di tengah musibah. “Dari kebahagiaan lahir jiwa yang sehat, dan dari ibadah yang kuat, lahirlah manusia yang tangguh. Itulah spirit yang dibawa Fakultas Psikologi dalam pengabdian ini,” tambahnya dengan penuh keyakinan.

Sementara itu, Dekan Fakultas Psikologi, Dr. Siti Mahmudah, M.Si., menjelaskan bahwa program pengabdian ini dilakukan di sepuluh pesantren, enam di wilayah Kota dan Kabupaten Malang serta empat lainnya di tingkat provinsi, termasuk pesantren tertua di Malang, Pondok Gading. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya menyampaikan teori atau materi akademik, melainkan memperkuat nilai-nilai luhur yang telah tertanam di pesantren.
“Kami datang bukan untuk mengubah perilaku santri, karena sejatinya mereka sudah dibentuk dengan nasihat dan bimbingan kiai. Kami datang untuk memberikan reinforcement, penguatan, bahwa apa yang mereka jalani selama ini adalah perilaku positif yang berdampak besar bagi masyarakat,” tuturnya.
Dr. Mahmudah menyebut ada tiga fokus utama dalam kegiatan ini: penguatan keilmuan, perilaku, dan spiritualitas. Santri, katanya, adalah pengembara ilmu sejati (tolabul ilmi) yang terus menimba pengetahuan tanpa henti. “Kita mendukung semangat itu, sekaligus memperkuat perilaku positif yang sudah menjadi karakter santri. Dan tentu, penguatan spiritual menjadi napas utamanya. Tanpa itu, ilmu hanya akan jadi pengetahuan kering,” ujarnya.
Dalam konteks psikologi, lanjutnya, perilaku positif santri berakar pada jiwa yang sehat dan kecerdasan spiritual yang stabil. Ketika jiwa tenang, maka pikiran dan tindakan pun positif. “Kiai selalu menekankan berpikir positif. Itulah dasar dari perilaku sehat. Orang yang jiwanya tenang dan bahagia akan lebih mudah beribadah dengan sungguh-sungguh,” jelasnya.

Program ini melibatkan sekitar 75 pengabdi, terdiri dari dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan. Mereka menyapa lebih dari 1.870 santri di berbagai pesantren hingga akhir Oktober mendatang. Tak hanya berbagi ilmu, tim juga melakukan pendampingan mental dan spiritual, mengajak santri merawat kesehatan jiwa dan memperkuat rasa syukur dalam keseharian.
Baca Juga : Antisipasi Kekeringan, PJT I Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca di Wilayah Sungai Brantas
“Santri bahagia itu tanda jiwanya sehat. Dan orang yang jiwanya sehat pasti ibadahnya kuat,” tegas Dr. Mahmudah. Ia berharap kegiatan ini tak berhenti sebagai proyek seremonial, melainkan berlanjut sebagai sinergi antara dunia kampus dan pesantren.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian Dies Maulidiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ke-64, yang menegaskan posisi UIN Maliki Malang sebagai kampus yang tidak hanya mencetak intelektual, tapi juga penjaga nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual bangsa.