free web hit counter
Jatim Times Network
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Lahan dan Hasil Panen Terus Menyusut, Banyak Petani Apel di Kota Batu Beralih ke Agrowisata

Penulis : Prasetyo Lanang - Editor : A Yahya

07 - Aug - 2025, 16:52

Loading Placeholder
Salah seorang wisatawan mancanegara saat eisata petik apel di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu.(Foto: Prasetyo Lanang/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Produksi apel dari Kota Batu terus mengalami penurunan. Sebab, lahan dan hasil panen petani kian menyusut akibat beragam faktor. Banyak di antaranya kini memilih untuk beralih menjadi penyedia agrowisata.

Diketahui dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Batu pada akhir tahun 2024 lalu, lahan apel hanya tersisa 740,07 hektare saja. Ada penyusutan sebanyak 83,26 hektare dari tahun sebelumnya. Bahkan, semakin banyak petani apel yang pilih beralih ke komoditas jeruk.

Baca Juga : Butuh Restrukturisasi Regulasi, Pemkot Batu Berencana Menyelamatkan PT BWR

Petani yang merasakan dampaknya salah satunya Kustono. Pemilik lahan apel di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji itu mengungkapkan kondisi apel kian hari kian memprihatinkan. Tingginya biaya operasional perawatan apel membuat para petani kelabakan. "Kalau sekarang lebih banyak fokus ke wisata petik apel. Tidak terlalu menguras operasional," ungkap Tono, sapaannya saat dikonfirmasi belum lama ini.

Tono juga sebelumnya aktif sebagai seorang petani dan penyuplai apel di pasar. Namun, karena harga apel kian anjlok membuatnya kerap menanggung rugi. Dikatakannya, pasar tidak menerima apel dengan ukuran kecil. Sehingga banyak buah yang tidak lolos sortir.

Saat ini, dirinya memasarkan kebunnya melalui wisata petik apel. Ternyata langkah itu cukup menguntungkan dibandingkan harus suplai ke pasar. "Belum lagi pupuk mahal dan kebun banyak yang rusak terdampak iklim," tambahnya.

Berbeda denga wisata petik apel yang tak memiliki standarisasi pasar yang serupa dengan yang dijual di pasar. Seorang wisatawan yang masuk kebun apel akan dipatok tarif Rp 20 ribu. "Baru kalau pengunjung mau membawa hasil petiknya, dikenakan biaya lagi sesuai berat apel," jelas Tono.

Baca Juga : Bakal Beroperasi Mulai Bulan Ini, Rumah Kompos TPS3R Dadaprejo Tangani Sampah Organik dari 1.857 Rumah

Dirinya menyebut eksistensi wisata petik apel terus naik. Itu berkat promosi lewat media sosial. Dalam satu hari, pria asal Desa Tulungrejo itu bisa mengantarkan 100-150 wisatawan petik apel. Jumlahnya bisa melonjak dua hingga tiga kali lipat saat akhir pekan.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu Onny Ardianto mengatakan, upaya peningkatan eksistensi apel terus dilakukan. Salah satunya dengan menyediakan paket wisata petik apel. "Dengan banyaknya angka kunjungan wisatawan, kami berharap petani kembali melirik untuk menanam apel," ujar Onny.


Topik

Ekonomi apel batu kota batu distan kp kota batu onny ardianto



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Indonesia Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Prasetyo Lanang

Editor

A Yahya

Ekonomi

Artikel terkait di Ekonomi

--- Iklan Sponsor ---