JATIMTIMES – Kerja sama lintas kampus menjadi strategi penting dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 5.0. Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar melalui Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) bersinergi dengan Fakultas Teknik Universitas Madura (Unira) untuk mendorong pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) di sektor pertanian.
Kolaborasi ini diwujudkan melalui Seminar Nasional bertajuk “Pentingnya Teknologi Internet of Things (IoT) pada Perkembangan Revolusi Industri 5.0”, yang digelar pada Senin 14 Juli 2025 di Aula Majapahit lantai 1 Unisba Blitar.
Baca Juga : Mayat Pria Berkaus Bantengan Ditemukan Tertimbun Sampah di Sungai Sumberpakel
Seminar ini menjadi ruang temu ilmiah dan inspiratif bagi mahasiswa dalam memahami teknologi mutakhir yang semakin merasuk ke seluruh sendi kehidupan, termasuk dunia pertanian. Tak kurang dari 50 peserta yang didominasi mahasiswa hadir untuk menyimak materi dari dua narasumber utama: Abdi Pandu Kusuma, S.Kom., M.T., dari Unisba Blitar, dan Sholeh Rahmatulloh, S.Kom., M.Kom., dari Unira Madura.
Wakil Rektor II Unisba Blitar, Dr. M. Zainul Ichwan, M.H., membuka kegiatan dengan menekankan pentingnya sinergi antarlembaga pendidikan tinggi dalam menyikapi perkembangan teknologi. Ia menyebut bahwa seminar ini bukan hanya bagian dari kerja sama akademik, tetapi juga langkah konkret implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama dalam pengembangan pendidikan dan riset aplikatif.
“Dengan adanya kolaborasi ini, kita harapkan mahasiswa tidak hanya menjadi penonton perkembangan zaman, tetapi pelaku utama yang mendorong transformasi di tengah masyarakat,” ujarnya dalam sambutannya.
Dekan Fakultas Teknik dan Informatika Unisba Blitar, Dr. Kustanto, M.T., menambahkan bahwa tema IoT dan Revolusi Industri 5.0 sangat relevan bagi generasi muda. Ia menggarisbawahi bahwa salah satu tantangan pembangunan saat ini adalah bagaimana memanfaatkan teknologi untuk memecahkan persoalan konkret di lapangan, termasuk dalam hal produktivitas pertanian.
“Kita ingin mahasiswa memiliki wawasan luas, tetapi juga peka terhadap tantangan riil. Teknologi seperti IoT harus menjadi alat pemecah masalah, bukan sekadar tren yang lewat begitu saja,” ujar Kustanto di hadapan peserta seminar.
Hal senada disampaikan Wakil Dekan Fakultas Teknik Unira Madura, Erwin Prasetyo Wati, M.T. Menurutnya, teknologi seperti IoT telah membuka peluang besar bagi daerah-daerah agraris untuk bertransformasi. Ia berharap kerja sama antar fakultas ini dapat berlanjut ke bidang riset dan pengabdian masyarakat yang lebih luas.
“Kami percaya bahwa pengembangan teknologi harus berpijak pada kebutuhan masyarakat. Potensi daerah agraris sangat besar, dan teknologi bisa menjadi jembatan kemajuan,” tutur Erwin.
Sebagai narasumber pertama, Abdi Pandu Kusuma mengawali dengan pengantar mengenai konsep dasar dan manfaat Internet of Things. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa IoT memungkinkan berbagai perangkat untuk terhubung dan saling bertukar data melalui jaringan internet. Contohnya mulai dari Smart Home yang memudahkan pengendalian rumah secara otomatis, hingga Smart City dan Smart Health yang mengubah tata kelola pelayanan publik dan kesehatan.
“IoT bukan sekadar perangkat canggih, tetapi ekosistem baru yang memengaruhi cara kita bekerja, belajar, dan bertani. Dan di era industri 5.0, keterlibatan manusia kembali ditekankan sebagai pengendali utama atas teknologi,” tutur Abdi Pandu.
Sholeh Rahmatulloh kemudian melanjutkan sesi kedua dengan fokus pada implementasi IoT di sektor pertanian atau yang dikenal sebagai Smart Agriculture. Dalam paparannya, ia menunjukkan bagaimana sensor kelembaban tanah, sistem irigasi otomatis, dan analisis data cuaca dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan pertanian.
Baca Juga : Tim Pengabdian UM Tawarkan Teknologi Tepat Guna untuk Pedagang Gorengan di Blitar
Menurut Sholeh, petani modern dituntut untuk adaptif terhadap teknologi. Ia mengungkapkan bahwa di beberapa wilayah, pemanfaatan IoT telah membantu petani dalam mengambil keputusan berbasis data, seperti menentukan waktu tanam yang ideal, meminimalisir penggunaan air, hingga memprediksi panen.
“Pertanian bukan lagi soal intuisi semata, tapi soal presisi. Dan itu hanya bisa dicapai dengan dukungan teknologi seperti IoT,” ujarnya.
Seminar ini dipandu oleh moderator Udkhiati Mawaddah, S.Kom., M.Kom., yang juga merupakan dosen Program Studi Teknik Informatika Unisba Blitar. Ia mendorong mahasiswa untuk aktif berdialog dengan narasumber dan mengaitkan materi yang disampaikan dengan realita sosial di daerah masing-masing.
“Jangan hanya mencatat, tapi bertanyalah. Materi ini bisa jadi relevan langsung dengan persoalan di kampung halaman kalian, terutama jika kalian berasal dari wilayah pertanian,” ujar Udkhiati kepada peserta.
Dalam sesi diskusi, beberapa peserta mengajukan pertanyaan seputar peluang penerapan IoT di desa-desa yang belum memiliki infrastruktur internet memadai. Menjawab hal tersebut, para narasumber sepakat bahwa tantangan digitalisasi harus direspons dengan kebijakan pembangunan yang menyeluruh, termasuk penyediaan jaringan dan pelatihan sumber daya manusia.
Seminar nasional ini menjadi pijakan awal kerja sama yang lebih luas antara Unisba Blitar dan Unira Madura. Ke depan, kedua institusi berkomitmen untuk memperluas kolaborasi di bidang penelitian, pengembangan teknologi tepat guna, serta pengabdian kepada masyarakat berbasis digital.
Kolaborasi antarkampus ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tak hanya berperan dalam melahirkan lulusan unggul, tetapi juga menjadi motor penggerak perubahan. Dalam konteks pembangunan, kehadiran teknologi seperti IoT di sektor pertanian merupakan langkah strategis menuju kemandirian pangan dan pertanian berkelanjutan.
Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, Unisba Blitar dan Unira Madura menegaskan peran strategis perguruan tinggi dalam membentuk masa depan pertanian Indonesia yang lebih cerdas, efisien, dan tangguh.