JATIMTIMES - Upaya memperkuat ekonomi desa melalui teknologi kini bukan lagi sekadar wacana. Tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Universitas Negeri Malang (UM) hadir langsung di Desa Sumberingin, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, dengan membawa inovasi teknologi tepat guna yang menyasar kebutuhan konkret pelaku usaha kecil. Inovasi yang diusung berupa mesin peniris minyak hemat energi untuk pedagang gorengan.
Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu 12 Juli 2025 di Balai Desa Sumberingin dan disambut antusias oleh perwakilan pelaku UMKM gorengan dari Pasar Sumberingin, jajaran pemerintah desa, serta pengurus BUMDes Beringin Makmur.
Baca Juga : BSU Batch 4 Kapan Cair? Ini Update Jadwalnya
Bukan hanya sekadar agenda formal, kehadiran tim ini menjadi momen penting yang memperlihatkan bagaimana pengetahuan kampus bisa hadir menjawab persoalan sehari-hari masyarakat.

Dipimpin oleh Prof Dr Purnomo ST MPd., bersama tim yang terdiri dari Drs Abdul Qolik MPd, Annisaa Khansa Labibah SPd MA., dan Johan Wayan Dika SPd MPd., Tim Pengabdian UM secara langsung memperkenalkan dan melatih warga menggunakan mesin peniris minyak yang mereka rancang sendiri.
Inovasi ini bukan sekadar alat mekanis, melainkan jawaban atas tantangan klasik para pedagang gorengan: minyak berlebih yang membuat makanan cepat basi dan tak sehat, serta boros dalam penggunaan bahan baku. Dengan kapasitas hingga 17 liter, mesin ini mampu mengeringkan aneka produk gorengan seperti bawang goreng, tahu, tempe, dadar jagung, hingga sempol dalam satu kali proses menggunakan sistem gaya sentrifugal.
Ditenagai motor listrik berdaya rendah (125 Watt), alat ini tidak hanya hemat listrik, tapi juga ramah digunakan oleh usaha kecil di desa. Drum dalamnya berbahan stainless steel food grade, sedangkan struktur luarnya kokoh dan antikarat. Tingginya yang hanya 60 cm memungkinkan alat ini digunakan di ruang dapur sempit sekalipun. Seluruh sistem kelistrikan telah dibuat tertutup demi keamanan, dan pengoperasiannya hanya membutuhkan satu saklar.

"Apa yang dibawa tim pengabdian UM bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga pendekatan solutif yang berakar pada kebutuhan masyarakat. Mesin ini menjadi contoh nyata bahwa teknologi tidak harus rumit untuk berdampak besar. Justru karena kesederhanaannya, alat ini bisa langsung diadopsi dan digunakan tanpa memerlukan keahlian khusus," jelas Prof. Dr. Purnomo, S.T., M.Pd.
Warga yang hadir dalam pelatihan bahkan langsung mencoba sendiri. Seorang ibu rumah tangga dan salah satu pelaku usaha tampak terkagum melihat hasil dari alat inovasi tim pengabdian UM ini. “Dadar jagungnya lebih kering, renyah, dan minyaknya nggak nempel. Ini beda sekali dari biasanya,” ujarnya sambil menunjuk pipa kecil yang meneteskan minyak dari drum.
Kepala Desa Sumberingin, Jaka Waluya, menyampaikan harapan agar kolaborasi dengan Universitas Negeri Malang tidak berhenti di satu kegiatan saja. Ia melihat potensi pendampingan berkelanjutan yang bisa membantu masyarakat desa lebih mandiri secara ekonomi.

"Kami berharap kerja sama ini tidak berhenti di sini saja. Kami butuh pendampingan yang terus-menerus agar masyarakat bisa benar-benar mandiri, terutama dalam aspek ekonomi dan keterampilan," ujarnya.
Baca Juga : Fenomena Istiwa A’zam 15-16 Juli 2025: Waktu Tepat Cek Arah Kiblat dari Rumah
Hal serupa disampaikan oleh Ronny, Direktur BumDes Beringin Makmur. Menurutnya, kerja sama ini perlu dilanjutkan ke tahap lebih formal, misalnya melalui MoU, untuk menjajaki peluang di sektor lain seperti wisata edukasi, pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan masyarakat, pengelolaan limbah, dan pelestarian situs sejarah lokal.
Sesi diskusi yang berlangsung seusai pelatihan pun menjadi wadah produktif untuk menggali persoalan-persoalan lokal. Para pemuda desa aktif berdiskusi dengan tim UM, membahas pengolahan limbah rumah tangga, peningkatan layanan puskesmas, hingga penguatan sektor perikanan dan wisata berbasis potensi lokal.
Kontribusi tim pengabdian UM di Desa Sumberingin menjadi bukti bahwa peran perguruan tinggi tidak hanya ada di ruang kelas dan laboratorium, melainkan juga hadir nyata di tengah masyarakat. Mesin peniris minyak ini adalah salah satu wujud bagaimana ilmu pengetahuan bisa diterjemahkan menjadi alat yang berdampak langsung bagi pelaku usaha kecil.
Ke depan, diharapkan kolaborasi seperti ini bisa menjadi contoh bahwa keberlanjutan pembangunan desa membutuhkan dukungan lintas sektor, terutama dari perguruan tinggi yang punya kapasitas riset dan inovasi.