JATIMTIMES - Industri Gula tebu tradisional di Kabupaten Tulungagung, mengalami penurunan pendapatan. Hal ini bukan karena pemasaran yang lesu, namun karena harga gula yang relatif belum mengalami kenaikan. Salah satu pengusaha gula di Desa Bendilwungu, Imam Muslih mengatakan saat ini harga gula awur atau garuk dikisaran 9.800 - 10.000 rupiah per kilogramnya. "Harganya masih relatif turun dibandingkan harga yang seharunya diatas sepuluh ribu rupiah per kilogramnya," kata Imam Muslih, Senin, 7 Juii 2025..
Menurut Imam, di musim panen tebu ini pengusaha gula tradisional selain harus bersaing dengan pabrik gula modern juga berjibaku dengan pengusaha lain yang sejenis. "Persaingan selain dengan pabrik, juga dengan industri rumahan lainnya yang makin banyak," ujarnya.
Baca Juga : Kasus Perusakan TV di Warkop Tuman Kutoanyar Tulungagung Diselesaikan dengan Jalur Damai
Hal ini berpengaruh pada persaingan harga pembelian bahan baku atau tebu. Untuk memutar usaha agar tetap berjalan selama musim giling, pengusaha gula tradisional di Tulungagung harus mencari tebu dari luar wilayah. "Selain tebu di sekitar sini, juga harus mendatangkan dari Kediri," jelasnya.
Persaingan harga bahan baku tebu ini mempengaruhi penghasilan produksi gula tradisional. "Harga tebu terus mengalami kenaikan, dengan harga gula merah yang saat ini maka keuntungan bisa dikatakan nipis. Namun, jika tebu harganya turun, maka harga gula dilevel sekarang sebenarnya sudah bagus," ungkapnya
Gula garuk yang diproduksi di gilingan tradisional murni tanpa bahan lain. Hal ini dilakukan karena gula yang dihasilkan dikirim ke perusahaan makanan seperti kecap dan petis yang membutuhkan bahan dasar gula merah. "Pengiriman bisa gabungan dengan gilingan lain, jadi setiap waktu bisa menyuplai gula ini ke perusahaan yang membutuhkan," pungkasnya.