JATIMTIMES – Suasana penuh semangat dan kebersamaan kembali mewarnai Kelurahan Merjosari, Kota Malang, Sabtu, (7/5/2025). Festival Merjosarian 2025 resmi digelar sebagai bagian dari tradisi tahunan bersih desa yang diselenggarakan tiap bulan Muharram, sehari sebelum Tahun Baru Islam.
Mengusung tema “Bertumpu pada Lokalitas, Menuju Merjosari Cerdas dan Berkualitas”, festival ini bukan sekadar seremonial budaya, melainkan juga ruang aktualisasi potensi lokal serta simbol sinergi antarwarga.

Lurah Merjosari memberikan sambutan dalam kegiatan Festival Merjosarian 2025.
Baca Juga : Pangeran Gagak Baning Gantikan Benawa: Adik Senapati Memimpin Pajang
Menurut Lurah Merjosari Muhammad Saiful Arif, Festival Merjosarian adalah momen sakral yang tak hanya menggambarkan rasa syukur kepada Tuhan, tetapi juga menjadi upaya melestarikan warisan budaya, mendorong kemandirian ekonomi warga, serta mempererat harmoni sosial.
“Kita ingin Merjosari tak hanya dikenal sebagai kampung yang religius dan guyub, tapi juga cerdas dan mandiri secara ekonomi. Salah satu cara mewujudkannya adalah melalui pergelaran seperti ini,” ujarnya.

Kegiatan Festival Merjosarian 2025.
Salah satu sorotan utama festival tahun ini adalah pasar UMKM yang tersebar di setiap rangkaian kegiatan. Potensi lokal dari 13 RW dimunculkan, dengan produk-produk unggulan mulai dari kerajinan tangan hingga kuliner.
“RW 4 misalnya punya produk wayang dari kulit kambing yang unik, bisa jadi gantungan kunci atau hiasan. RW 9 menampilkan produk rajut, dan RW lainnya membawa batik hingga aneka makanan khas. Sekitar 70 persen dari UMKM yang ikut serta bergerak di bidang kuliner,” jelas Saiful Arif.

Kegiatan Festival Merjosarian 2025.
Festival ini juga menjadi bentuk dukungan terhadap program unggulan Pemkot Malang, yakni Ngalam Laris (Malang Laris), yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis UMKM.
Rangkaian Acara Festival Merjosarian 2025
Festival Merjosarian 2025 digelar dengan susunan acara yang lebih lengkap dan padat dari tahun-tahun sebelumnya. Berikut jadwal kegiatan utama:
22 Juni 2025: Bersih-bersih lingkungan.
26 Juni 2025: Khotmil Qur'an, Doa Akhir & Awal Tahun, serta Ziarah Makam Leluhur.
27 Juni 2025: Sholawat Burdah.
4, 5- 6 Juli 2025: Pagelaran Budaya dan Penampilan Seni dari seluruh RW, Pameran UMKM.
12 Juli 2025: Pawai Budaya atau Karnaval Budaya.
19 Juli 2025: Pengajian Budaya dalam bentuk pertunjukan Lutruk Merjosari.
Pagelaran budaya tahun ini menampilkan seni tradisional khas seperti bandrengan, tarian rakyat, hingga pertunjukan dari anak-anak dan warga tiap RW. Perpaduan ini menjadi ruang ekspresi sekaligus sarana pelestarian budaya leluhur.
Baca Juga : Daftar Pinjol Resmi OJK 2025, Ada 96 Update Per Juli
Puncak acara berupa Lutruk Merjosari pada 19 Juli akan mengangkat kisah Mbah Joyo, tokoh spiritual dan sejarah di wilayah Merjosari. Uniknya, para pemain dalam pertunjukan tersebut adalah tokoh-tokoh lokal, seperti Lurah, Ketua RW, RT, hingga warga biasa. Pertunjukan ini juga diselingi santunan bagi warga kurang mampu, menjadikannya bukan sekadar tontonan, tapi juga bentuk nyata kepedulian sosial.
“Ini melibatkan banyak pihak, seluruh RT-RW menunjukkan bahwa ini bukan kerja satu-dua orang, tapi gotong royong kolektif,” imbuh Rudi.

Camat Lowokwaru, Drs. Rudi Cahyono Catur Utomo, saat memberikan sambutan dalam kegiatan Festival Merjosarian 2025.
Camat Lowokwaru, Drs. Rudi Cahyono Catur Utomo, mengapresiasi Festival Merjosarian sebagai bentuk implementasi nyata dari visi-misi wali kota dan wakil wali kota Malang.
“Festival ini rutin digelar, tapi bukan sekadar rutinitas. Setiap tahun selalu ada inovasi. Potensi budaya lokal dirawat, sambil terus ditingkatkan kualitasnya. Ini jadi contoh kolaborasi antara budaya dan ekonomi yang ideal,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kawasan Merjosari memiliki posisi strategis, termasuk sebagai salah satu wilayah dengan potensi UMKM terbesar di Kota Malang.

Kegiatan Festival Merjosarian 2025.
Saiful Abdullah, Ketua RW 22 sekaligus Wakil Ketua Panitia Festival Merjosarian 2025. Ia menyebut partisipasi warga setiap tahun terus meningkat.
“Antusiasme warga luar biasa, apalagi festival ini sempat vakum saat pandemi. Sekarang gairah warga kembali hidup. Setiap RW menampilkan kearifan lokalnya masing-masing,” ujarnya.
Pentas ludruk di malam puncak nanti, menurutnya, menjadi bukti bahwa festival ini bukan sekadar hiburan. “Kita ingin mengenang dan menghormati tokoh pendiri Merjosari lewat seni. Ini bukan hanya tontonan, tapi juga tuntunan,” tandasnya.
Festival Merjosarian 2025 menunjukkan bahwa pelestarian budaya dan penguatan ekonomi lokal bisa berjalan seiring. Dari seni pertunjukan hingga UMKM, dari ziarah hingga kuliner, semuanya berpadu dalam semangat kebersamaan.
Bagi Merjosari, festival ini bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga membentuk masa depan yang lebih cerah: cerdas, berkualitas, dan tetap membumi.