JATIMTIMES – Di balik gemerlap panggung Putra Putri Batik Blitar 2025, dua mahasiswi Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar tampil bersinar. Bukan hanya berhasil menembus 20 besar dari total 120 peserta, mereka juga berhasil memboyong dua gelar bergengsi: Putri Batik Blitar Favorit dan Putri Batik Blitar Persahabatan.
Wahdana Jovita Balqis dari Program Studi Ilmu Komunikasi dan Erita Dwi Anggraini dari Program Studi Manajemen menjadi representasi kampus yang tak hanya unggul secara akademik, tetapi juga aktif di panggung budaya. Kedua nama ini diumumkan sebagai peraih gelar khusus pada malam puncak grand final yang digelar berbarengan dengan event Blitar Djadoel di Alun-Alun Kota Blitar, Jumat (20/6/2025).
Baca Juga : Pemkot Batu dan Bea Cukai Malang Ajak Masyarakat Gempur Rokok Ilegal, Kenali dan Laporkan!
Jovi, sapaan akrab Jovita, mengaku tak menyangka bisa menyabet gelar favorit. Ia mengatakan bahwa perolehan gelar ini sepenuhnya berkat kepercayaan publik yang memberikan suara dukungan melalui sistem voting. “Penilaian itu 60 persen dari voting masyarakat, dan sisanya 40 persen dari dewan juri. Saya bersyukur bisa mendapat amanah ini. Semoga saya bisa menjalankan dengan baik,” ujarnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab moral atas gelar yang ia sandang, Jovi mulai membiasakan diri mengenakan batik dalam aktivitas keseharian. Ia juga mengaku telah menyusun rencana untuk mendukung promosi batik Blitar secara digital. Berbekal pengalamannya di dunia live streaming dan media sosial, ia ingin membangun ruang baru bagi perajin lokal untuk memperluas jangkauan pemasaran.
“Saya ingin bantu memperkenalkan produk batik Blitar ke pasar yang lebih luas dan modern. Lewat platform digital, batik bisa punya wajah baru tanpa meninggalkan nilai tradisinya,” kata mahasiswi semester tiga itu.
Sementara itu, Erita Dwi Anggraini yang berhasil meraih gelar Putri Batik Blitar Persahabatan 2025, datang ke ajang ini dengan motivasi yang sederhana: ingin mencoba hal baru. Ketertarikannya pada dunia pageant berangkat dari rasa ingin tahu, meski sejak kecil ia lebih dikenal aktif dalam kegiatan non-akademik seperti pramuka, voli, hingga muaythai.
“Saya ikut karena iseng. Tapi ternyata dunia ini memberi saya banyak pengalaman baru. Saya belajar tentang kepercayaan diri, komunikasi, juga tentang bagaimana mencintai budaya sendiri,” tutur Erita.
Perempuan berhijab ini sempat mengaku pesimistis bisa menembus babak final. Namun serangkaian tahapan, dari tes wawasan tentang batik, catwalk, wawancara hingga unjuk bakat, ia lewati dengan tekun. Ia menyadari bahwa nilai utama dalam kompetisi ini bukan semata kecantikan, tapi kombinasi dari intelektualitas, sikap, dan kepribadian.
“Banyak peserta yang punya pengalaman lebih. Tapi saya percaya bahwa keberanian untuk tampil dan membawa nilai budaya adalah hal utama,” ujarnya mantap.
Ajang Putra Putri Batik Blitar merupakan program tahunan yang digagas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Blitar sejak 2023. Tujuannya jelas: mencari duta muda yang bisa memperkenalkan dan mengembangkan potensi batik lokal kepada masyarakat luas, termasuk generasi digital.
Keterlibatan Jovi dan Erita menjadi bukti bahwa kampus memiliki peran strategis dalam membentuk mahasiswa yang tidak hanya unggul secara intelektual, tapi juga sadar budaya. Pihak Unisba Blitar melalui pernyataan resmi menyampaikan kebanggaan atas prestasi yang diraih dua mahasiswinya tersebut.
“Ini adalah bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam menjaga dan mengangkat nilai-nilai lokal. Kami mendukung penuh langkah mereka,” ujar perwakilan pimpinan kampus.
Langkah Jovi dan Erita menandai babak baru partisipasi mahasiswa dalam mempromosikan budaya lewat cara yang relevan dan kekinian. Dari lorong kampus ke panggung budaya, mereka membuktikan bahwa semangat lokal bisa diangkat dengan cara global.