JATIMTIMES - Dalam keyakinan Islam, salah satu bentuk penguatan iman kepada Allah SWT adalah dengan memahami sifat-sifat-Nya secara benar dan mendalam. Di antara sifat yang mustahil dimiliki oleh Allah adalah fana, yang berarti musnah atau binasa. Dalam konsep ketuhanan Islam, sifat ini sama sekali tidak mungkin melekat pada Sang Maha Pencipta.
Secara bahasa, kata fana berasal dari kata al-fana’ yang berarti lenyap atau hilangnya wujud sesuatu. Fana lebih merujuk pada ketidaknampakan atau hilangnya eksistensi. Dalam literatur tasawuf, istilah ini juga dikenal sebagai simbol kerendahan makhluk di hadapan keabadian Sang Khalik. Namun, dalam konteks sifat Allah, fana adalah sesuatu yang mustahil terjadi.
Baca Juga : WOODZ Dijadwalkan Selesai Wamil 21 Juli, MOODZ Bersiap Sambut Kembalinya Sang Idola
Menurut penjelasan dalam buku 25 Kisah Pilihan Tokoh Sufi Dunia karya Siti Nur Aidah, sifat fana berbeda dari al-fasad, yang berarti rusak. Semua makhluk yang hidup dan segala yang tercipta di alam semesta ini pasti akan mengalami kehancuran. Namun, Allah SWT sebagai Pencipta segala sesuatu adalah Dzat yang kekal dan tidak akan pernah lenyap.
Penegasan tentang kemustahilan sifat fana bagi Allah SWT juga dijelaskan oleh Ustadz Muksin Matheer dalam bukunya 1001 Tanya Jawab Dalam Islam. Ia menyebutkan bahwa sangat tidak masuk akal bila Tuhan yang mengatur seluruh alam semesta justru memiliki kemungkinan untuk musnah.
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an surat Ar-Rahman ayat 26-27:
"Kullu man ‘alayha fan. Wa yabqa wajhu rabbika dhul-jalali wal-ikram." "Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal."
Ayat tersebut menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki sifat baqa, kebalikan dari fana. Sifat baqa artinya kekal, tidak akan pernah hilang, berubah, atau punah. Maka, segala yang ada di alam ini, cepat atau lambat, akan mengalami kehancuran, kecuali Allah SWT.
Penegasan serupa juga terdapat dalam surat Al-Qashash ayat 88:
"Dan jangan engkau menyembah tuhan selain Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya. Kepunyaan-Nya segala hukum, dan kepada-Nya kamu dikembalikan."
20 Sifat Mustahil Bagi Allah
Baca Juga : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Ngawi Menumbuhkan Literasi Budaya Lokal Lewat Bimtek
Selain fana, ada 19 sifat lain yang menurut akidah Ahlussunnah wal Jamaah mustahil dimiliki Allah. Sebagaimana dikutip dari buku Ustadz Muksin Matheer, sifat tersebut antara lain : Adam (tidak ada), Huduts (baru), Fana (musnah atau binasa), Mumatsalahu lil hawadits (serupa dengan makhluk), Ihtiyajuhu ilaa ghairihi (membutuhkan pihak lain), Ta’addud (berbilang atau tidak esa), Ajzun (lemah)
,Karahah (terpaksa), Jahlun (bodoh), Mautun (mati), Shamamun (tuli), Amaa (buta), Bukmun (bisu), Aajizun (tidak mampu), Kaarihun (terpaksa), Jaahilun (yang bodoh), Maayitum (yang mati), Ashammu (yang tuli), A’maa (yang buta), Abkamu (yang bisu).
Jabaran sifat mustahil ini menjadi fondasi penting dalam memperkuat tauhid. Ia menegaskan bahwa Allah adalah Dzat yang sempurna, tak terbatas, dan tak terbandingkan dengan apa pun di alam ciptaan-Nya.
Pemahaman terhadap sifat mustahil Allah tidak hanya penting dalam konteks teologi, tetapi juga sebagai penopang keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika manusia dihadapkan pada ketidakpastian, kefanaan, dan kehancuran dunia, kesadaran bahwa Allah tidak akan pernah musnah menjadi sumber ketenangan spiritual yang tak ternilai.
Karena itulah, mengenali sifat-sifat-Nya secara mendalam bukan sekadar pengetahuan, melainkan bagian dari perjalanan ruhani untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.