JATIMTIMES – Sejarah mencatat kisah Nabi Hud AS bukan hanya sebagai kisah kenabian, tetapi juga sebagai pelajaran tentang keteguhan hati dan konsekuensi dari kesombongan manusia. Diutus kepada kaum Ad yang hidup makmur dan penuh kemewahan, Nabi Hud membawa risalah tauhid.
Namun ajakan itu diabaikan. Sebagai balasan atas keingkaran tersebut, Allah SWT menurunkan tiga peristiwa besar yang menjadi bukti mukjizat sekaligus peringatan keras bagi umat manusia sepanjang zaman.
Baca Juga : 7 Keistimewaan Surat Al Fatihah, Bisa Jadi Obat
Kaum Ad adalah masyarakat yang hidup di kawasan Al-Ahqaf, wilayah yang dikenal sangat subur di Hadramaut, Yaman. Mereka ahli dalam bidang arsitektur, membangun rumah, istana, hingga benteng yang megah. Namun di balik kejayaan itu, mereka justru menyembah berhala dan menolak ajakan Nabi Hud untuk kembali menyembah Allah.
Ketika dakwah beliau tak digubris, Allah SWT menurunkan azab pertama: kemarau panjang yang melumpuhkan kehidupan mereka. Tanah yang sebelumnya hijau menjadi gersang. Air mengering, tanaman mati, dan hewan ternak binasa. Musibah ini menjadi pukulan keras yang membuat kehidupan kaum Ad perlahan runtuh. Tapi, hati mereka tetap membatu.
Penolakan demi penolakan terus terjadi. Bahkan setelah kehilangan mata pencaharian dan kekayaan, kaum Ad masih menantang Nabi Hud. Maka Allah pun mengabulkan doa nabi-Nya. Datanglah badai dahsyat yang berlangsung selama tujuh malam delapan hari tanpa henti.
Al-Qur’an surat Al-Haqqah ayat 6-7 menggambarkan kedahsyatan angin itu: dingin, kuat, dan mematikan. Kaum Ad bergelimpangan tak bernyawa, tubuh mereka berserakan seperti batang kurma lapuk. Kota yang megah itu berubah menjadi tanah sunyi tak berpenghuni. Peradaban hancur seketika, ditelan angin yang tak bisa dilawan oleh keangkuhan.
"Sedangkan kaum 'Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk)." (QS Haqqah ayat 6-7).
Di tengah kehancuran itu, Nabi Hud AS dan para pengikutnya yang beriman justru mendapatkan perlindungan Allah. Mereka diselamatkan dari kemarau dan badai yang memusnahkan seluruh kaumnya. Dalam surat Al-A’raf ayat 72 disebutkan bahwa Allah menyelamatkan Nabi Hud dan menghancurkan mereka yang mendustakan ayat-ayat-Nya.
Baca Juga : Kualitas Jalan Provinsi di Jatim 2024 Naik Tipis, 10,39 Persen Kondisinya Tidak Mantap
"Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman". (QS Al-A'raf 72).
Mukjizat ini menunjukkan bahwa perlindungan Allah nyata bagi mereka yang beriman. Nabi Hud kemudian hijrah bersama para pengikutnya ke wilayah Hadramaut dan memulai kehidupan baru, jauh dari tanah yang pernah menjadi saksi keangkuhan dan kehancuran.
Tiga peristiwa besar itu bukan sekadar kisah masa lalu. Mereka adalah mukjizat kauniyah, yaitu mukjizat yang terlihat dan dirasakan langsung oleh manusia, bukti kekuasaan Allah atas alam dan manusia. Dari kemarau panjang yang melumpuhkan, badai yang memusnahkan, hingga keselamatan bagi kaum beriman, semuanya menyimpan pesan yang masih relevan hingga hari ini.