JATIMTIMES - Media sosial dihebohkan dengan sebuah video yang menampilkan aksi para pemuda yang menaiki seekor ikan paus di perairan Misool, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Video ini, yang sekilas tampak seperti adegan dari film, diunggah akun X/Twitter @kegblgnunfaedh dan sudah ditonton lebih dari 2 juta kali.
Dalam unggahan tersebut, @kegblgnunfaedh menuliskan, "Vibesnya berasa jadi avatar der," seakan menggambarkan adegan magis saat paus besar menampakkan diri di permukaan, hanya beberapa meter dari perahu kecil. Momen itu semakin menakjubkan ketika video beralih memperlihatkan tiga pemuda yang asyik menaiki punggung paus, mirip adegan dalam film “Avatar: The Way of Water.”
Baca Juga : Susun RKAT 2025, Baznas Jatim Gelar Bimtek di Tulungagung
Dalam penjelasan video disebutkan bahwa, para remaja tersebut sedang bermain dengan paus yang jinak. "Lihat ini, adik-adik main dengan ikan paus, padahal ini alam bebas," katanya.
“Pausnya jinak, dia tidak memangsa atau membahayakan manusia, seringnya hanya muncul di pulau ini,” tambahnya.
Keunikan video ini membuat netizen ramai berkomentar, terutama tentang keindahan alam Papua dan kejinakan paus besar tersebut. “Indahnya Indonesiaku, jangan sampai dirusak oleh politik,” tulis seorang warganet. Yang lain bercanda, “Mantep, pencapaian keren adalah pernah naik paus!”
Namun, meskipun paus terlihat tenang, menyentuh atau menaiki satwa laut bukan hal yang direkomendasikan. "Edukasi tentang kehidupan satwa liar perlu diperbanyak," tulis akun @Lin**** merespons video tersebut.
Di lautan, interaksi langsung dengan paus atau satwa lain bisa mengancam keselamatan manusia dan kesehatan hewan tersebut. "Kita bisa kena seruduk atau kibasan ekor kalau terlalu dekat," tambah akun tersebut.
Baca Juga : Debat Kedua: Rijanto-Beky Curhat Aksi Sosial, Rini-Ghoni Man of the Match
Mengapa tidak dianjurkan menyentuh hewan laut? Banyak biota laut, termasuk paus dan hiu paus, sangat sensitif terhadap interaksi manusia. Selain bisa menyebabkan stres pada hewan, tindakan ini dapat mengubah perilaku alami mereka dan mengganggu keseimbangan ekosistem. "Menyentuh, mengganggu, atau memberi makan satwa liar bisa merusak habitat mereka dan berbahaya bagi kita," jelas Arifsyah Nasution, Oceans Campaigner dari Greenpeace, dikutip dari Asumsico, Rabu (6/11).
Di beberapa lokasi, hiu paus menjadi daya tarik wisata, tetapi interaksi dengan mereka tetap harus mengikuti aturan ketat. Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 18/KEPMEN-KP/2013, hiu paus adalah hewan yang dilindungi penuh. Artinya, meskipun wisatawan ingin berinteraksi, mereka harus mematuhi kode etik yang dibuat oleh pemerintah dan organisasi lingkungan seperti WWF.
Risiko interaksi langsung ini termasuk kemungkinan terluka akibat kibasan ekor paus atau sisik plakoid yang tajam pada kulit hiu paus. "Tindakan seperti menyentuh atau menunggangi mereka bisa membuat paus atau hiu paus tertekan atau bahkan terluka," lanjut Arifsyah.
Ia juga mengingatkan bahwa memberi makan hewan laut liar dapat mengubah perilaku mereka. Seperti yang terjadi pada hiu paus di Oslob, Filipina, di mana hewan ini menjadi tergantung pada makanan yang diberikan turis.
Arifsya menekankan pentingnya menjaga jarak aman saat berinteraksi dengan hewan laut. "Hindari menyentuh hewan laut kecuali untuk tujuan medis, penyelamatan, atau penelitian." imbaunya.
"Melihat dari jauh saja sudah cukup untuk menghargai keindahan alam dan melindungi satwa liar dari stres dan perubahan perilaku," tambahnya.
Hewan yang mengalami kontak berlebihan dengan manusia, seperti di kawasan wisata Oslob, menunjukkan tanda-tanda domestifikasi dan kurangnya nutrisi yang bisa berdampak buruk bagi ekosistem laut. “Kasihan, mereka bisa stres atau tertular penyakit dari manusia,” ujarnya.
Dalam menikmati keindahan laut, ingatlah bahwa menjaga jarak dari satwa liar tidak hanya aman bagi kita, tetapi juga membantu mereka tetap sehat dan bebas di habitat aslinya. Semoga informasi ini bermanfaat!