Arya Damar: Leluhur Raja-Raja Tabanan, Madura, dan Jawa
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
15 - Jun - 2025, 01:14
JATIMTIMES - Pada pertengahan abad ke-15, ketika Majapahit mulai menunjukkan gejala disintegrasi kekuasaan dan pusat-pusat wilayah mulai mencari otoritas baru yang lebih sahih secara politik maupun spiritual, muncul seorang tokoh penting yang kelak akan dikenang sebagai pahlawan lokal, penegak ketertiban, dan perintis Islamisasi di pesisir timur Sumatra: Arya Damar, atau yang kemudian dikenal dengan nama Ario Abdillah.
Dalam sumber-sumber historiografi lokal Palembang, nama Ario Abdillah bukan sekadar disebut sebagai Adipati pertama Palembang pasca-kekacauan, tetapi sebagai figur sentral yang menjadi penghubung antara era keemasan Hindu-Buddha Majapahit dengan ekspansi spiritual Islam di Sumatra bagian selatan.
Baca Juga : 15 Kuliner Legendaris Khas Malang yang Wajib Dicoba Saat Liburan
Makamnya yang terletak di Kebun Sahang, KM 4 Palembang, tepat di depan Makam Pahlawan kota itu, menjadi saksi bisu transformasi besar-besaran dalam lanskap politik dan keagamaan Palembang.
Asal-usul dan Latar Majapahit
Menurut Babad Tanah Jawi dan berbagai silsilah istana, Arya Damar atau Ki Dilah adalah putra Sri Maharaja Brawijaya V Majapahit (Sri Kertawijaya atau Wijaya Parakramawardhana, memerintah 1447–1451 M) dari seorang putri denawa bernama Endang Sasmitapura.
Sebagai anak dari hubungan politik-ritual antara raja Majapahit dan penguasa lokal Bhairawa-tantra, kelahiran Ki Dilah menyimpan stigma—ia tidak dilahirkan dalam struktur resmi keraton. Konon, ibunya diusir dari istana sebelum melahirkan, dan Ki Dilah lahir di hutan Wanasalam, wilayah selatan pusat Majapahit.
Pengasuhan Ki Dilah jatuh ke tangan Ki Kumbarawa, seorang pertapa dan pengajar ajaran kesaktian serta Bhairawa-tantra. Sebutan "denawa" dalam Babad Tanah Jawi merujuk kepada penganut Syiwa-Buddha Bhairawa, sebuah sekte esoteris yang dikenal dengan praktik ekstrem dan ritual pancamakara—termasuk penggunaan simbolis (dan kadang literal) unsur darah dan pengorbanan.
Dalam tradisi lisan Bali yang dihimpun oleh C.C. Berg dan Th.G.Th. Pigeaud, tokoh Arya Damar digambarkan sebagai pendekar tak terkalahkan, pahlawan Majapahit yang menumpas pemberontakan Parameswara dan Bhre Daha. Dalam Carita Damarwulan, yang konon ditulis oleh Pangeran Pekik dari Surabaya, Arya Damar ditugaskan oleh Rani Suhita untuk menumpas makar Bhre Daha—tugas yang berhasil ia jalankan dengan kegemilangan...