Kenduri, Talqin, dan Bubur Syuro: Warisan Dakwah Sunan Ampel dari Tanah Champa
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
09 - Jun - 2025, 09:07
JATIMTIMES - Dalam lembaran sejarah Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa, sosok Sunan Ampel senantiasa berdiri sebagai tokoh sentral dalam gelombang awal dakwah Islam abad ke-15. Ia bukan sekadar mubalig, melainkan juga arsitek kebudayaan yang memainkan peran krusial dalam mentransformasikan lanskap sosio-religius masyarakat Majapahit. Asal-usulnya yang bersambung ke tanah Champa – sebuah kerajaan tua yang kini masuk wilayah Vietnam Tengah – menjadi jendela penting untuk memahami akar dari berbagai praktik keagamaan Islam tradisional Jawa yang kita warisi hari ini, seperti kenduri, talqin, bubur Syuro, dan tradisi haul.
Jejak Champa dalam Langkah Dakwah Sunan Ampel
Historiografi tradisional dan manuskrip Jawa kuno banyak mencatat bahwa Raden Rahmat – nama asli Sunan Ampel – berasal dari negeri Champa. Ibundanya disebut sebagai putri bangsawan Champa, sementara ayahnya, Ibrahim as-Samarkandi, adalah seorang ulama perantau dari Asia Tengah. Pertautan darah ini bukan saja menunjukkan koneksi transregional Islam Nusantara, tetapi juga menjadi bukti awal bahwa tradisi Islam di Jawa memiliki pengaruh kuat dari Islam Champa yang kala itu berkembang pesat.
Baca Juga : Catat, Ini Jadwal Pulang Jemaah Haji 2025 Gelombang I dan II
Kerajaan Champa sendiri, sebagaimana tercatat dalam risalah École française d’Extrême-Orient (EFEO, 1981), telah mengenal Islam jauh sebelum Islam menancap kukuh di Nusantara. Komunitas muslim di Champa terbiasa memperingati kematian pada hari ke-3, ke-7, ke-10, ke-30, ke-40, ke-100, dan ke-1000, serta menjalankan tradisi talqin, haul, dan pembuatan bubur Asyuro setiap tanggal 10 Muharam. Praktik ini kemudian disebarluaskan oleh Sunan Ampel dan murid-muridnya ke wilayah pesisir utara Jawa.
Transformasi Tradisi Majapahit
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Majapahit mempraktikkan ritual sroddha, yakni upacara ruwatan arwah yang dilakukan dua belas tahun setelah seseorang meninggal. Upacara ini bertujuan menyucikan roh agar mencapai alam kelanggengan. Sunan Ampel, yang mulai berdakwah di Surabaya dan sekitarnya sejak pertengahan abad ke-15, tidak serta-merta menghapus praktik tersebut...