Jejak Raden Trunojoyo dan Kebangkitan Macan Wulung di Sumenep
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
05 - Jun - 2025, 04:17
JATIMTIMES - Kebangkitan Raden Trunojoyo dalam sejarah abad ke-17 bukan sekadar kisah pemberontakan terhadap kekuasaan Mataram, melainkan juga representasi kompleksitas kekuasaan lokal Madura dalam pergolakan politik Jawa. Salah satu aspek paling menarik dari pemberontakan ini adalah keterlibatan langsung wilayah-wilayah seperti Pamekasan, Sampang, dan Sumenep yang kemudian menjadi titik-titik penting dalam penyebaran pengaruh Trunojoyo.
Dalam konteks ini, muncul tokoh legendaris Tumenggung Yudanagara—yang kelak menyandang gelar Macan Wulung—sebagai simbol kebangkitan politik lokal di ujung timur Madura.
Baca Juga : Arya Menak Sumendi: Dari Adipati Lumajang ke Leluhur Sultan Cirebon, Palembang, dan Blitar
Dalam "memo pendek untuk Couper" yang ditulis oleh Laksamana Cornelis Speelman pada tahun 1677, disebutkan secara eksplisit bahwa basis awal pemberontakan Trunojoyo berada di Pamekasan. Di sana, Trunojoyo memperoleh dukungan penuh dari para tokoh lokal. Pamekasan, yang terletak di jantung Pulau Madura, menjadi fondasi utama kekuatan Trunojoyo sebelum ekspansi ke wilayah timur, termasuk Sumenep. Meskipun sumber Belanda mengungkapkan bahwa informasi tentang Pamekasan cukup terbatas, keberadaan tokoh-tokoh seperti Wiranegara dan putranya, Wiradipa, menunjukkan bahwa daerah ini memiliki struktur kekuasaan yang berpengaruh.
Sementara itu, di barat pulau, Sampang dipimpin oleh Mas Aria Jayengpati, mantan kepala daerah Sumenep yang kuat. Jayengpati merupakan salah satu simpatisan Trunojoyo yang memainkan peran penting dalam pembentukan aliansi Madura-Jawa yang hendak menggoyang hegemoni Mataram. Di tengah kontestasi inilah, muncul nama Tumenggung Yudanagara dari Sumenep, sosok yang kelak menjadi pilar utama kekuasaan Trunojoyo di Madura.
Tumenggung Yudanagara adalah figur kompleks. Dalam arsip Belanda (Opkomst jilid VII), disebutkan bahwa pada tahun 1680, Pangeran Cakraningrat II—mantan pangeran Sampang—merasa inferior terhadap Yudanagara karena kedudukan sebelumnya yang lebih rendah. Namun, narasi lokal dalam Bhabad Songennep menyajikan gambaran yang jauh lebih kaya. Menurut babad tersebut, Yudanagara merupakan keturunan langsung dinasti tua Sumenep yang pernah melakukan perlawanan terhadap ekspedisi Sultan Agung tahun 1624.
Yudanagara sejak awal telah terbuai oleh pesan-pesan Trunojoyo yang mengklaim bertindak atas nama putra mahkota Mataram, cucu dari Pangeran Pekik Surabaya...