Pendidikan di Barak Militer untuk Anak Bermasalah, Sosiolog Beri Kritikan
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Dede Nana
10 - May - 2025, 05:12
JATIMTIMES – Ketika barak militer dijadikan tempat pembinaan bagi anak-anak yang bermasalah, muncul pertanyaan besar mengenai esensi pendidikan itu sendiri. Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rachmad Kristiono Dwi Susilo memberikan analisis mendalam mengenai kebijakan ini dari perspektif sosiologi, menyatakan bahwa langkah tersebut tidak lebih dari eksperimen kebijakan yang berisiko, bukan solusi berbasis ilmu pengetahuan.
Menurut Rachmad, pendekatan militer terhadap pembinaan karakter anak justru mencerminkan adanya krisis kepercayaan terhadap sistem pendidikan formal yang sudah ada. Pembinaan akhlak dan perilaku anak, menurutnya, tidak dapat diserahkan pada satu institusi saja.
"Pendidikan karakter harus melibatkan berbagai elemen sosial yang ada di sekitar anak, seperti keluarga, masyarakat, agama, dan lingkungan," tegasnya.
Pakar yang juga mengampu mata kuliah sosiologi di UMM ini mengungkapkan bahwa meskipun nilai-nilai seperti kedisiplinan dan cinta tanah air dapat diterapkan dalam konteks militer, pendekatan semacam itu tidak bisa dijadikan satu-satunya cara. Rachmad menekankan bahwa kebijakan ini tidak boleh dipaksakan tanpa pemahaman mendalam tentang latar belakang sosial anak-anak yang menjadi sasaran.
“Unit sosial terkecil yang menjadi tempat pendidikan pertama kali adalah keluarga. Budi pekerti dan adab anak terbentuk di sini. Sebelum memilih pendekatan pembinaan, kita harus memahami dulu latar belakang sosial mereka. Banyak dari anak-anak yang bermasalah berasal dari keluarga yang tidak utuh, akses pendidikan yang terbatas, atau lingkungan yang tidak mendukung perkembangan moral mereka,” paparnya.
Pendekatan instan yang hanya menekankan pada efek jera, menurut Rachmad, tidak akan mampu memberikan dampak jangka panjang. Ia mengkritisi upaya perubahan karakter yang didasarkan pada rasa takut dan disiplin semata, yang menurutnya tidak akan efektif dalam jangka waktu panjang. Pendidikan, jelas Rachmad, adalah proses bertahap yang memerlukan konsistensi, bukan solusi instan.
“Perubahan karakter yang dibangun melalui rasa takut hanya akan bertahan sementara. Pendidikan yang sesungguhnya membutuhkan waktu dan pendekatan yang menyeluruh,” lanjutnya...